Blogger templates

This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Wednesday, December 28, 2011

Bersetubuh di Dapur

Cerita Ngentot Tante di Dapur, Disini saya akan mengulas sedikit mengenai pengalaman pribadi saya sendiri, dan hal ini masih menghantui saya sampai cerita ini saya muat. Okey deh, saya perkenalkan diri dulu. Nama saya Bojach, atau biasa dipanggil Jach, tinggi badan 180 cm dengan kulit putih bersih, maklum peranakan atau istilahnya indo. Latar belakang keluarga saya adalah dari keluarga miskin, dimana saya sebagai anak sulung yang dapat dikatakan lain dari adik-adik saya. Sebenarnya ayah saya asli orang Indonesia dan ibu juga, tapi dari cerita yang saya dapatkan dari kelurga, bahwa ibu saya pernah kerja di USA atau di Houston sebagai pembantu rumah tangga. Waktu itu ada pamilik yang tinggal di Huston memerlukan seorang pembantu untuk mengurusi anaknya. Pendek cerita ibu saya sudah 2 tahun di Huston mendapat masalah, dimana dia pernah diperkosa sama orang Bule di sana, dan karena sudah trauma dengan kejadian yang menimpanya, maka dia minta pulang ke Indonesia. Sesampainya di Indonesia dia langsung mendapatkan jodoh, yaitu ayah saya sekarang, dan ternyata ibu saya telah hamil dengan orang Bule yang pernah memperkosanya. Itulah pendek cerita mengenai latar belakang saya, kenapa saya jadi keturunan indo. Okey sorry terlalu panjang pendahuluannya, kita langsung saja ke ceritanya. Kejadian ini bermula dimana saya memiliki pacar yang sangat cemburu dan sayang sama saya, maka saya dianjurkan mengontrak rumah di rumah tantenya yang tentunya berdekatan dengan rumahnya. Saya bekerja di salah satu perusahaan Asing yang berkecimpung di Akuntan Public yang terkenal dan ternama, maka saya mendapatkan uang yang secukupnya untuk membiayai adik saya 5 orang yang sedang kuliah di Jakarta. Dan untung saja 3 orang masuk UI dan 2 orang masuk IPB, maka dengan mudah saya bayar uang semesterannya. Sedangkan saya sendiri hanya membutuhkan uang makan dan ongkos, dimana saya tinggal di kawasan Bogor yang terkenal dengan hujannya. Setelah dua tahun saya mengontrak di rumah yang sampai sekarang juga masih saya tempati, terjadilah kejadian ini. Dimana waktu itu kelima adik saya pulang kampung karena liburan panjang ke Kalimantan, sedangkan saya yang kerja tidak dapat pulang kampung dengan mereka, maka tinggallah saya seorang diri di Jakarta. Waktu itu tepat hari Sabtu, dimana Om Boyke atau suami Tante Linda ini biasanya kerja pada hari Sabtu, maklum dia adalah pegawai swasta dan sering juga ke lapangan dimana dia bekerja di perminyakan di lepas pantai. Jadi waktu itu Om Boyke ke lapangan dan tinggallah Tante Linda sendirian di rumah. Tante Linda telah menikah, tetapi sudah lama tidak mendapatkan anak hampir sudah 8 tahun, dan hal itu menjadi pertanyaan siapa yang salah, Tante Linda apa Om Boyke. Okey waktu itu tepatnya malam Sabtu hujan di Bogor begitu derasnya yang dapat menggoda diri untuk bermalas-malas. Secara otomatis saya langsung masuk kamar tidur dan langsung tergeletak. Tiba-tiba Tante Linda memanggil, “Jach.. Jach.. Jach.. tolong dong..!” Saya menyahut panggilannya, “Ada apaan Tante..?” “Ini lho.. rumah Tante bocor, tolong dong diperbaiki..!” Lalu saya ambil inisiatif mencarikan plastik untuk dipakai sementara supaya hujannya tidak terlalu deras masuk rumah. 10 menitan saya mengerjakannya, setelah itu telah teratasi kebocoran rumah Tante Linda.Kemudian saya merapikan pakaian saya dan sambil duduk di kursi ruang makan. Terus Tante Linda menawarkan saya minum kopi, “Nih.., biar hangat..!” Karena saya basah kuyup semua waktu memperbaiki atap rumahnya yang bocor. Saya jawab, “Okelah boleh juga, tapi saya ganti baju dulu ke rumah..” sambil saya melangkah ke rumah samping. Saya mengontrak rumah petak Tante Linda persis di samping rumahnya. Tidak berapa lama saya kembali ke rumah Tante Linda dengan mengenakan celana pendek tanpa celana dalam. Sejenak saya terhenyak menyaksikan pemandangan di depan mata, rupanya disaat saya pergi mandi dan ganti baju tadi, Tante Linda juga rupanya mandi dan telah ganti baju tidur yang seksi dan sangat menggiurkan. Tapi saya berusaha membuang pikiran kotor dari otak saya. Tante Linda menawarkan saya duduk sambil melangkah ke dapur mengambilkan kopi kesenangan saya. Selang beberapa lama, Tante Linda sudah kembali dengan secngkir kopi di tangannya. Sewaktu Tante Linda meletakkan gelas ke meja persis di depan saya, tidak sengaja terlihat belahan buah dada yang begitu sangat menggiurkan, dan dapat merangsang saya seketika. Entah setan apa yang telah hinggap pada diri saya. Untuk menghindarkan yang tidak-tidak, maka dengan cepat saya berusaha secepat mungkin membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sedang melanda diri saya. Tante Linda memulai pembicaraan, “Giman Jach..? Udah hilang dinginnya, sorry ya kamu udah saya reporin beresin genteng Tante.” “Ah.. nggak apa-apa lagi Tante, namanya juga tetangga, apalagi saya kan ngontrak di rumah Tante, dan kebetulan Om tidak ada jadi apa salahnya menolong orang yang memerlukan pertolongan kita.” kata saya mencoba memberikan penjelasan. “Omong-omong Jach, adik-adik kamu pada kemana semua..? Biasanya kan udah pada pulag kuliah jam segini,” “Rupanya Tante Linda tidak tau ya, kan tadi siang khan udah pada berangkat ke Kalimantan berlibur 2 bulan di sana.” “Oh.. jadi kamu sendiri dong di rumah..?” “Iya Tante..” jawab saya dengan santai. Terus saya tanya, “Tante juga sendiri ya..? Biasanya ada si Mbok.., dimana Tante?” “Itu dia Jach, dia tadi sore minta pulang ke Bandung lihat cucunya baru lahir, jadi dia minta ijin 1 minggu. Kebetulan Om kamu tidak di rumah, jadi tidak terlalu repot. Saya kasih aja dia pulang ke rumah anaknya di Bandung.” jelasnya. Saya lihat jam dinding menunjukkan sudah jam 23.00 wib malam, tapi rasa ngantuk belum juga ada. Saya lihat Tante Linda sudah mulai menguap, tapi saya tidak hiraukan karena kebetulan Film di televisi pada saat itu lagi seru, dan tumben-tumbennya malam Sabtu enak siarannya, biasanya juga tidak. Tante Linda tidak kedengaran lagi suaranya, dan rupanya dia sudah ketiduran di sofa dengan kondisi pada saat itu dia tepat satu sofa dengan saya persis di samping saya. Sudah setengah jam lebih kurang Tante Linda ketiduran, waktu itu sudah menunjukkan pukul 23.35. “Aduh gimana ini, saya mau pulang tapi Tante Linda sedang ketiduran, mau pamitan gimana ya..?” kata saya dalam hati. Tiba-tiba saya melihat pemandangan yang tidak pernah saya lihat. Dimana Tante Linda dengan posisi mengangkat kaki ke sofa sebelah dan agak selonjoran sedang ketiduran, dengan otomatis dasternya tersikap dan terlihat warna celananya yang krem dengan godaan yang ada di depan mata. Hal ini membuat iman saya sedikit goyang, tapi biar begitu saya tetap berusaha menenangkan pikiran saya. Akhirnya, dari pada saya semakin lama disini semaking tidak terkendali, lebih baik saya bangunkan Tante Linda biar saya permisi pulang. Akhirnya saya beranikan diri untuk membangunkan Tante Linda untuk pulang. Dengan sedikit grogi saya pegang pundaknya. “Tan.. Tan..” Dengan bermalas-malas Tante Linda mulai terbangun. Karena saya dengan posisi duduk persis di sampingnya, otomatis Tante Linda menyandar ke bahu saya. Dengan perasaan yang sangat kikuk, tidak ada lagi yang dapat saya lakukan. Dengan usaha sekali lagi saya bangunkan Tante Linda. “Tan.. Tan..” Walaupun sudah dengan mengelus tangannya, Tante Linda bukannya bangun, bahkan sekarang tangannya tepat di atas paha saya. “Aduh gimana ini..?” gumam saya dalam hati, “Gimana nantinya ini..?” Entah setan apa yang telah hinggap, akhirnya tanpa disadari saya sudah berani membelai rambutnya dan mengelus bahunya. Belum puas dengan bahunya, dengan sedikit hati-hati saya elus badannya dari belakang dengan sedikit menyenggol buah dadanya. Aduh.., adik saya langsung lancang depan. Dengan tegangan tinggi, nafsu sudah kepalang naik, dan dengan sedikit keberanian yang tinggi, saya dekatkan bibir saya ke bibirnya. Tercium sejenak bau harum mulutnya. Pelan-pelan saya tempelkan dengan gemetaran bibir saya, tapi anehnya Tante Linda tidak bereaksi apa-apa, entah menolak atau menerima. Dengan sedikit keberanian lagi, saya julurkan lidah ke dalam mulutnya. Dengan sedikit mendesah, Tante Linda mengagetkan saya. Dia terbangun, tapi entah kenapa bukannya saya ketakutan malah keluar pujian. “Tante Linda cantik udah ngantuk ya..? Mmuahh..!” saya kecup bibirnya dengan lembut. Tanpa saya sadari, saya sudah memegang buah dadanya pada ciuman ketiga. Tante Linda membalas ciuman saya dengan lembut. Dia sudah pakar soal bagaimana cara ciuman yang nikmat, yaitu dengan merangkul leher saya dia menciumi langit-langit mulut saya. 10 menit kami saling berciuman, dan sekarang saya sudah mengelus-elus buah dadanya yang sekal. “Ahk.. ahk..!” dengan sedikit tergesa-gesa Tante Linda sudah menarik celana saya yang tanpa celana dalam, dan dengan cepat dia menciumi kepala penis saya. “Ahkk.. ah..!” nikmatnya tidak tergambarkan, “Ahkk..!” Saya pun tidak mau kalah, saya singkapkan dasternya yang tipis ke atas. Alangkah terkejutnya saya, rupanya Tante Linda sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik dasternya. Dengan agak agresif saya ciumi gunung vaginanya, terus mencari klistorisnya. “Akh.. akh.. hus..!” desahnya. Tante Linda sudah terangsang, terlihat dari vaginanya yang membasah. Saya harus membangkitkan nafsu saya lebih tinggi lagi. 30 menit sudah kami pemanasan, dan sekarang kami sudah berbugil ria tanpa sehelai benang pun yang lengket di badan kami. Tanpa saya perintah, Tante Linda merenggangkan pahanya lebar-lebar, dan langsung saya ambil posisi berjongkok tepat dekat kemaluannya. Dengan sedikit gemetaran, saya arahkan batang kemaluan saya dengan mengelus-elus di bibir vaginanya. “Akh.. huss.. ahk..!” sedikit demi sedikit sudah masuk kepala penis saya. “Akh.. akh..!” dengan sedikit dorongan, “Bless.. ss..!” masuk semuanya batang kejantanan saya. Setelah saya diamkan semenit, secara langsung Tante Linda menggoyang-goyang pinggulnya ke kiri dan ke kanan. Tanpa diperintah lagi, saya maju-mundurkan batang kemaluan saya. “Akh.. uh.. terus Sayang.., kenapa tidak dari dulu kamu puasin Tante..? Akh.. blesset.. plup.. kcok.. ckock.. plup.. blesset.. akh.. aduh Tante mau keluar nih..!” “Tunggu Tante, saya juga udah mau datang..!” Dengan sedikit hentakan, saya maju-mundurkan kembali batang kemaluan saya. Sudah 15 menit kami saling berlomba ke bukit kenikmatan, kepala penis saya sudah mulai terasa gatal, dan Tante Linda teriak, “Akh..!” Bersamaan kami meledak, “Crot.. crot.. crot..!” begitu banyak mani saya muncrat di dalam kandungannya. Badan saya langsung lemas, kami terkulai di karpet ruang tamu. Tante Linda kemudian mengajak saya ke kamar tamu. Sesampainya disana Tante Linda langsung mengemut batang kemaluan saya, entah kenapa penis saya belum mati dari tegangnya sehabis mencapai klimaks tadi. Langsung Tante Linda mengakanginya, mengarahkan kepala penis saya ke bibir vaginanya. “Akh.. huss..!” seperti kepedasan Tante Linda dengan liarnya menggoyang-goyangkan pinggulnya. “Blesset.. crup.. crup.. clup.. clopp..!” suara kemaluannya ketika dimasuki berulang-ulang dengan penis saya. 30 menit kami saling mengadu, entah sudah berapa kali Tante Linda orgasme. Tiba saatnya lahar panas mau keluar. “Crot.., crot..!” meskipun sudah memuncratkan lahar panas, tidak lepas-lepasnya Tante Linda masih menggoyang pantatnya dengan teriakan kencang, “Akh..!” Kemudian Tante tertidur di dada saya, kami menikmati sisa-sisa kenikmatan dengan batang kejantanan saya masih berada di dalam vaginanya dengan posisi miring karena pegal. Dengan posisi dia di atas, seakan-akan Tante Linda tidak mau melepaskan penis saya dari dalam vaginanya. Begitulah malam itu kami habiskan sampai 3 kali bersetubuh. Jam 5 pagi saya ngumpat-umpat masuk ke rumah saya di sebelah, dan tertidur akibat kelelahan satu malam kerja berat. Begitulah kami melakukan hampir setiap malam sampai Om itu pulang dari kerjanya. Dan sepulangnya adik saya dari Kalimantan, kami tidak dapat lagi dengan leluasa bercinta. cerita seru ngentot hanya di ceritaserudewasa.info Begitulah kami hanya melakukan satu kali. Dalam dua hari itu pun kami lakukan dengan menyelinap ke dapurnya. Kebetulan dapurnya yang ada jendela itu berketepatan dengan kamar mandi kami di rumah sebelahnya. 3 bulan kemudian Tante Linda hamil dan sangat senang. Semua keluarganya memestakan anak yang mereka tunggu-tunggu 8 1/2 tahun. Tapi entah kenapa, Tante Linda tidak pernah mengatakan apa-apa mengenai kadungannya, dan kami masih melakukan kebutuhan kami. Thenkz

Tuesday, October 18, 2011

Anaknya Boss

Belum lama ini saya bergabung dengan sebuah perusahaan eksportir fashion ternama di kotaku. Dan anak gadis pemilik perusahaan itu, Dewi namanya, baru lulus sekolah dari Singapore, umurnya sekitar 23 tahun, cantik dan waktu masih SMA sempat berprofesi sebagai model lokal. Nah, Dewi itu ditugaskan sebagai asisten GM (yaitu saya), jadi tugasnya membantu saya sambil belajar. Singkat cerita, Dewi semakin dekat dengan saya dan sering bercerita. "Nico, cowok tuh maunya yang gimana sih. Ehm.., kalo di ranjang maksud gue.." "Nic, kamu kalo lagi horny, sukanya ngapain?" "Kamu suka terangsang enggak Nic, kalo liat cewek seksi?" Yah seperti itulah pertanyaan Dewi kepadaku. Terus terang percakapan-percakapan kita selang waktu kerja semakin intim dan seringkali sensual. "Kamu pernah gituan nggak, Wi..?, tanyaku. "Ehm.. kok mau tau?", tanyanya lagi. "Iya", kataku. "Yah, sering sih, namanya juga kebutuhan biologis", jawabnya sambil tersipu malu. Kaget juga saya mendengar jawabannya seperti itu. Nih anak, kok berani terus terang begitu. Pernah ketika waktu makan siang, ia kelepasan ngomong. "Cewek Bali itu lebih gampang diajakin tidur daripada makan siang", katanya sambil matanya menatap nakal. "Kamu seneng seks?", tanya saya. "Seneng, tapi saya enggak pandai melayani laki-laki", katanya. "Kenapa begitu?", tanya saya lagi. "Iya, sampe sekarang pacarku enggak pernah ngajak kimpoi. Padahal aku sudah kepengen banget." "Kepengen apa?", tanyanku. "kimpoi", katanya sambil tertawa. Suatu ketika ia ke kantor dengan pakaian yang dadanya rendah sekali. Saya mencoba menggodanya, "Wah Dewi kamu kok seksi sekali. Saya bisa lihat tuh bra kamu". Ia tersipu dan menjawab, "Suka enggak?". Saya tersenyum saja. Tapi sore harinya ketika ia masuk ruangan saya, bajunya sudah dikancingkan dengan menggunakan bros. Rupanya dia malu juga. Saya tersenyum, "Saya suka yang tadi." Suatu ketika, setelah makan siang Dewi mengeluh. "Kayaknya cowokku itu selingkuh." "Kenapa?", tanyaku. "Habis udah hampir sebulan enggak ketemu", katanya. "Terus enggak.. itu?", tanyaku. "Apa?" "Itu.. seks", kataku. "Yah enggak lah", katanya. "Kamu pernah onani enggak?", tanyaku. Dia kaget ketika saya tanya begitu, namun menjawab. "Ehm... kamu juga suka onani?" "Suka", jawabku. "Kamu?", tanyaku. "Sekali-sekali, kalo lagi horny", jawabnya jujur namun sedikit malu. Pembicaraan itu menyebabkan saya terangsang, Dewi juga terangsang kelihatannya. Soalnya pembicaraan selanjutnya semakin transparan. "Dewi, kamu mau gituan enggak." "Kapan?" "Sekarang." Dia tidak menjawab, namun menelan ludah. Saya berpendapat ini artinya dia juga mau. Well, setelah berbulan-bulan flirting, sepertinya kita bakalan just do it nih. Kubelokkan mobil ke arah motel yang memang dekat dengan kantorku. "Nic, kamu beneran nih", tanyanya. "Kamu mau enggak?" "Saya belum pernah main sama cowok lain selain pacarku." "Terakhir main kapan?" "Udah sebulan." "Trus enggak horny?" "Ya onani.. lah", jawabnya, semakin transparan. Mukanya agak memerah, mungkin malu atau terangsang. Aku terus terang sudah terangsang. This is the point of no return. Aku sadari sih, ini bakalan complicated. But... nafsuin sih. "Terus, kapan kamu terakhir dapet orgasme" "Belum lama ini." "Gimana?" "Ya sendirilah.. udah ah, jangan nanya yang gitu." "Berapakali seminggu kamu onani?", tanyaku mendesaknya. "Udah ah... yah kalo horny, sesekali lah, enggak sering-sering amat. Lagian kan biasanya ada Andree (cowoknya-red)." "Kamu enggak ngajak Andree." "Udah." "Dan..?" "Dia bilangnya lagi sibuk, enggak sempet. Main sama cewek lain kali. Biasanya dia enggak pernah nolak." Siapa sih yang akan menolak, bersenggama sama anak ini. Gila yah, si Dewi ini baru saja lulus kuliah, tapi soal seks sepertinya sudah terbiasa. "Nic, enggak kebayang main sama orang lain." "Coba aja main sama saya, nanti kamu tau, kamu suka selingkuh atau enggak." "Caranya?" "Kalo kamu enjoy dan bisa ngilangin perasaan bersalah, kamu udah OK buat main sama orang lain. Tapi kalo kamu enggak bisa ngilangin perasaan bersalah, maka udah jangan bikin lagi", kataku. "Kamu nanti enggak bakal pikir saya cewek nakal." "Enggaklah, seks itu normal kok. Makanya kita coba sekali ini. Rahasia kamu aman sama saya", kataku setengah membujuk. "Tapi saya enggak pintar lho, mainnya", katanya. Berarti sudah OK buat ngeseks nih anak. Mobilku sudah sampai di kamar motel. Aku keluar dan segera kututup pintu rolling door-nya. Kuajak dia masuk ke kamar. Tanpa ditanya, Dewi ternyata sudah terangsang dengan pembicaraan kita di mobil tadi. Dia menggandengku dan segera mengajakku rebahan di atas ranjang. "Kamu sering main dengan cewek lain, selain pacar kamu, Nic?" "Yah sering, kalo ketemu yang cocok." "Ajarin saya yah!" Tanganku mulai menyentuh dadanya yang membusung. Aku lupa ukurannya, tapi cukup besar. Tanganku terus menyentuhnya. Ia mengerang kecil, "Shh.. geli Nic." Kucium bibirnya dan ia pun membalasnya. Tangannya mulai berani memegang batang kemaluanku yang menegang di balik celanaku. "Besar juga...", katanya. Matanya setengah terpejam. "Ayo, Nic aku horny nih." Kusingkap perlahan kaos dalamnya, sampai kusentuh buah dadanya, branya kulepas, kusentuh-sentuh putingnya di balik kaosnya. Uh.. sudah mengeras. Kusingkap ke atas kaosnya dan kuciumi puting susunya yang menegang keras sekali, kuhisap dan kugigit pelan-pelan, "Ahh.. ahh.. ahh, terus Nic.. aduh geli... ahh.. ah." Dewi, yang masih muda ternyata vokal di atas ranjang. Terus kurangsang puting susunya, dan ia hampir setengah berteriak, "Uh.. Nic... uh." Aku sengaja, tidak mau main langsung. Kuciumi terus sampai ke perutnya yang rata, dan pusarnya kuciumi. Hampir lupa, tubuhnya wangi parfum, mungkin Kenzo atau Issey Miyake. Pada saat itu, celanaku sudah terbuka, Aku sudah telanjang, dan batang kemaluanku kupegang dan kukocok-kocok sendiri secara perlahan-lahan. Ah.. nikmat. Bibirnya mencari dan menciumi puting susuku. "Enak.. enak Dewi". Rangsangannya semakin meningkat. "Aduuhh.. udah deh.. enggak tahan nih", ia menggelinjang dan membuka rok panjangnya sehingga tinggal celana dalamnya, merah berenda. Bibir dan lidahku semakin turun menjelajahi tubuhnya, sampai ke bagian liang kenikmatannya (bulu kemaluannya tidak terlalu lebat dan bersih). Kusentuh perlahan, ternyata basah. Kuciumi liang kenikmatannya yang basah. Kujilat dan kusentuh dengan lidahku. liang kenikmatan Dewi semakin basah dan ia mengerang-erang tidak karuan. Tangannya terangkat ke atas memegang kepalanya. Kupindahkan tangannya, dan yang kanan kuletakkan di atas buah dadanya. Biar ia menyentuh dirinya sendiri. Ia pun merespon dengan memelintir puting susunya. Kuhentikan kegiatanku menciumi liang kenikmatannya. Aku tidur di sampingnya dan mengocok batang kemaluanku perlahan. Dia menengokku dan tersenyum, "Nic.. kamu merangsang saya." "Enak.." "Hmm...", matanya terpejam, tangannya masih memelintir putingnya yang merah mengeras dan tangan yang satunya dia letakkan di atas liang kenikmatannya yang basah. Ia menyentuh dirinya sendiri sambil melihatku menyentuh diriku sendiri. Kami saling bermasturbasi sambil tidur berdampingan. "Heh.. heh.. heh.. aduh enak, enak", ceracaunya. "Gile, Nic, gue udah kepengin nih." "Biar gini aja", kataku. Tiba-tiba dia berbalik dan menelungkup. Kepalanya di selangkanganku yang tidur telentang. Batang kemaluanku dihisapnya, uh enak banget. Nih cewek sih bukan pemula lagi. Hisapannya cukup baik. Tangannya yang satu masih tetap bermain di liang kenikmatannya. Sekarang tangannya itu ditindihnya dan kelihatan ia sudah memasukkan jarinya. "Uh... uh... Nic, aku mau keluar nih, kita main enggak?" Kuhentikan kegiatannya menghisap batang kemaluanku. Aku pun hampir klimaks dibuatnya. "Duduk di wajahku!", kataku. "Enggak mau ah." "Ayo!" Ia pun kemudian duduk dan menempatkan liang kenikmatannya tepat di wajahku. Lidah dan mulutku kembali memberikan kenikmatan baginya. Responnya mengejutnya, "Aughhh..." setengah berteriak dan kedua tangannya meremas buah dadanya. Kuhisap dan kujilati terus, semakin basah liang kenikmatannya. Tiba-tiba Dewi berteriak, keras sekali, "Aahhh... ahhh", matanya terpejam dan pinggulnya bergerak-gerak di wajahku. "Aku.. keluar", sambil terus menggoyangkan pinggulnya dan tubuhnya seperti tersentak-sentak. Mungkin inilah orgasme wanita yang paling jelas kulihat. Dan tiba-tiba, keluar cairan membanjir dari liang kenikmatannya. Ini bisa kurasakan dengan jelas, karena mulutku masih menciumi dan menjilatinya. "Aduh... Nic.. enak banget. Lemes deh", ia terkulai menindihku. "Enak?", tanyaku. "Enak banget, kamu pinter yah. Enggak pernah lho aku klimaks kayak tadi." Aku berbalik, membuka lebar kakinya dan memasukkan batang kemaluanku ke liang kenikmatannya yang basah. Dewi tersenyum, manis dan malu-malu. Kumasukkan, dan tidak terlalu sulit karena sudah sangat basah. Kugenjot perlahan-lahan. Matanya terpejam, menikmati sisa orgasmenya. "Kamu pernah main sama berapa lelaki, Dewi..?, tanyaku. "Dua, sama kamu." "Kalo onani, sejak kapan?" "Sejak di SMA." Pinggulnya sekarang mengikuti iramaku mengeluar-masukkan batang kemaluan di liang kenikmatannya. "Nic, Dewi mau lagi nih." Uh cepat sekali ia terangsang. Dan setelah kurang lebih 3 menit, dia mempercepat gerakannya dan "Uhh... Nic.. Dewi keluar lagi..." Kembali dia tersentak-sentak, meski tidak sehebat tadi. Akupun tak kuat lagi menahan rangsangan, kucabut batang kemaluanku dan kusodorkan ke mulutnya. Ia mengulumnya dan mengocoknya dengan cepat. Dan "Ahhh..." klimaksku memuncratkan air mani di wajah dan sebagian masuk mulutnya. Tanpa disangka, ia terus melumat batang kemaluanku dan menjilat air maniku. Crazy juga nih anak. Setelah aku berbaring dan berkata, "Dewi, kamu bercinta dengan baik sekali." "Kamu juga", mulutnya tersenyum. Kemudian ia berkata lagi, "Kamu enggak nganggap Dewi nakal kan Nic." Aku tersenyum dan menjawab, "Kamu enjoy enggak atau merasa bersalah sekarang." Dia ragu sebentar, dan kemudian menjawab singkat, "Enak.." "Nah kalau begitu kamu emang nakal", kataku menggodanya. "Ihh... kok gitu.." Aku merangkulnya dan kita tertidur. Setelah terbangun, kami mandi dan berpakaian. Kemudian kembali ke kantor. Sampai sekarang kami kadang-kadang masih mampir ke motel. Aku sih santai saja, yang penting rahasia kami berdua tetap terjamin. thenkzz ^_^

Medical Check Up dengan Dokter Cantik

Sebenarnya saya malas melakukan medical check up ini. Pasti lagi-lagi cuma cek darah, air seni, dan kotoran saja. Kemudian diperiksa oleh dokter memakai stetoskop untuk menyakinkan bahwa saya terkena penyakit atau tidak. Itu saja menurut saya, tidak ada yang lain. Dokter yang akan memeriksa saya paling-paling juga dokter cowok, mana sudah tua lagi. Dengan sekali-sekali menguap karena jenuh karena sudah hampir setengah jam saya menunggu dokter yang tak kunjung datang. Padahal saya sudah melalui proses medical check up yang pertama, yaitu pemeriksaan darah, air seni, dan kotoran. Beberapa kali saya menanyakan pada orang di loket pendaftaran dan selalu memperoleh jawaban sama, yaitu agar saya sabar sebab dokternya dalam perjalanan dan mungkin sedang terjebak macet. Saya melihat arloji di tangan saya. Akhirnya saya memutuskan bahwa kalau dokternya tidak juga datang limabelas menit lagi, maka saya akan pulang saja ke rumah. Dengan menarik nafas kesal, saya memandangi sekeliling saya. Tahu-tahu mata saya tertumbuk pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam klinik tersebut. Amboi, cantik juga dia. Saya taksir usianya sekitar 35 tahun. Tetapi alamak, tubuhnya seperti cewek baru duapuluhan. Kencang dan padat. Payudaranya yang membusung cukup besar itu tampak semakin menonjol di balik kaos oblong ketat yang ia kenakan. Gumpalan pantatnya di balik celana jeans-nya yang juga ketat, teramat membangkitkan selera. Batinku, coba dokternya dia ya. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa berjam-jam olehnya. Akan tetapi karena rasa bosan yang sudah menjadi-jadi, saya tidak memperhatikan wanita itu lagi. Saya kembali tenggelam dalam lamunan yang tak tentu arahnya. "Mas, silakan masuk. Itu dokternya sudah datang." Petugas di loket pendaftaran membuyarkan lamunan saya. Saat itu saya sudah hendak memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah berlalu limabelas menit. Dengan malas-malasan saya bangkit dari bangku dan berjalan masuk ke ruang periksa dokter. "Selamat malam", suara lembut menyapa saat saya membuka pintu ruang periksa dan masuk ke dalam. Saya menoleh ke arah suara yang amat menyejukkan hati itu. Saya terpana, ternyata dokter yang akan memeriksa saya adalah wanita cantik yang tadi sempat saya perhatikan sejenak. Seketika itu juga saya menjadi bersemangat kembali. "Selamat malam, Dok", sahut saya. Ia tersenyum. Aah, luluhlah hati saya karena senyumannya ini yang semakin membuatnya cantik. "Oke, sekarang coba kamu buka kaos kamu dan berbaring di sana", kata sang dokter sambil menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sudut ruang periksa tersebut. Saya pun menurut. Setelah menanggalkan kaos oblong, saya membaringkan diri di tempat tidur. Dokter yang ternyata bernama Dokter S itu menghampiri saya dengan berkalungkan stetoskop di lehernya yang jenjang dan putih. "Kamu pernah menderita penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lainnya?" Tanyanya. Saya menggeleng. "Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya." Dengan stetoskopnya, Dokter S memeriksa tubuh saya. Saat stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada saya, seketika itu juga suatu aliran aneh menjalar di tubuh saya. Tanpa saya sadari, saya rasakan, batang kemaluan saya mulai menegang. Saya menjadi gugup, takut kalau Dokter S tahu. Tapi untuk ia tidak memperhatikan gerakan di balik celana saya. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan ulu hati saya untuk memeriksa apakah bagian tersebut terasa sakit atau tidak, semakin membuat batang kemaluan saya bertambah tegak lagi, sehingga cukup menonjol di balik celana panjang saya. "Wah, kenapa kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang saya ya?" Mati deh! Ternyata Dokter S mengetahui apa yang terjadi di selangkangan saya. Aduh! Muka ini rasanya mau ditaruh di mana. Malu sekali! "Nah, coba kamu lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Saya mau periksa kamu menderita hernia atau tidak." Nah lho! Kok jadi begini?! Tapi saya menurut saja. Saya tanggalkan seluruh celana saya, sehingga saya telanjang bulat di depan Dokter S yang bak bidadari itu. Gila! Dokter S tertawa melihat batang kemaluan saya yang mengeras itu. Batang kemaluan saya itu memang tidak terlalu panjang dan besar, malah termasuk berukuran kecil. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu, menjadi cukup menonjol. "Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa tegang juga", kata Dokter S serasa mengelus batang kemaluan saya dengan tangannya yang halus. Wajah saya menjadi bersemu merah dibuatnya, sementara tanpa dapat dicegah lagi, batang kemaluan saya semakin bertambah tegak tersentuh tangan Dokter S. Dokter S masih mengelus-elus dan mengusap-usap batang kemaluan saya itu dari pangkal hingga ujung, juga meremas-remas buah zakar saya. "Mmm... Kamu pernah bermain?" Saya menggeleng. Jangankan pernah bermain. Baru kali ini saya telanjang di depan seorang wanita! Mana cantik dan molek lagi! "Aahhh..." Saya mendesah ketika mulut Dokter S mulai mengulum batang kemaluan saya. Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya sudah mahir digelitiknya ujung kemaluan saya itu, membuat saya menggerinjal-gerinjal. Seluruh batang kemaluan saya sudah hampir masuk ke dalam mulut Dokter S yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi disedot-sedotnya batang kemaluan saya. Terasa geli dan nikmat sekali. Baru kali ini saya merasakan kenikmatan yang tak tertandingi seperti ini. Dokter S segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluan saya dari dalam mulutnya berulang-ulang. Gesekan-gesekan antara batang kemaluan saya dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi saya. "Auuh.. Aaahh.." Akhirnya saya sudah tidak tahan lagi. Kemaluan saya menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dalam mulut Dokter S. Bagai kehausan, Dokter S meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis. "Duh, masa baru begitu saja kamu udah keluar." Dokter S meledek saya yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks. "Dok.. Saya.. baru pertama kali.. melakukan ini..." jawab saya terengah-engah. Dokter S tidak menjawab. Ia melepas jas dokternya dan menyampirkannya di gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong yang dikenakannya, juga celana jeans-nya. Mata saya melotot memandangi payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin mencelat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata saya serasa mau meloncat keluar sewaktu Dokter S mencopot BH-nya dan melepaskan celana dalamnya. Astaga! Baru sekarang saya pernah melihat payudara sebesar ini. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada tanda-tanda kendor atau lipatan-lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula pantatnya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Benar-benar tubuh paling sempurna yang pernah saya lihat selama hidup saya. Saya rasakan batang kemaluan saya mulai bangkit kembali menyaksikan pemandangan yang teramat indah ini. Dokter S kembali menghampiri saya. Ia menyodorkan payudaranya yang menggantung kenyal ke wajah saya. Tanpa mau membuang waktu, saya langsung menerima pemberiannya. Mulut saja langsung menyergap payudara nan indah ini. Sambil menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi itu, mengingatkan saya waktu saya menyusu pada ibu saya selagi kecil. Dokter S adalah wanita yang kedua yang pernah saya isap-isap payudaranya, tentu saja setelah ibu saya saat saya masih kecil. "Uuuhhh.. Aaah..." Dokter S mendesah-desah tatkala lidah saya menjilat-jilat ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang. Saya permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya. Sekali-sekali saya gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang, namun cukup membuat Dokter S menggelinjang sambil meringis-ringis. Tak lama kemudian, batang kemaluan saya sudah siap tempur kembali. Saya menarik tangan Dokter S agar ikut naik ke atas tempat tidur. Dokter S memahami apa maksud saya. Ia langsung naik ke atas tubuh saya yang masih berbaring tertelentang di tempat tidur. Perlahan-lahan dengan tubuh sedikit menunduk ia mengarahkan batang kemaluan saya ke liang kewanitaannya yang sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman. Lalu dengan cukup keras, setelah batang kemaluan saya masuk satu sentimeter ke dalam liang kewanitaannya, ia menurunkan pantatnya, membuat batang kemaluan saya hampir tertelan seluruhnya di dalam liang senggamanya. Saya melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang waktu ujung batang kemaluan saya menyentuh pangkal liang kewanitaan Dokter S. Menyadari bahwa saya mulai terangsang, Dokter S menambah kualitas permainannya. Ia menggerak-gerakkan pantatnya berputar-putar ke kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat tubuh saya menjadi meregang merasakan nikmat yang tiada tara. Saya merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluan saya sudah nyaris menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun saya mencoba menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Dokter S yang liar itu. Akhirnya.., "Aaahh.. Ouuhhh.." Saya dan Dokter S sama-sama menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Saya menyemprotkan air mani saya di dalam liang kewanitaan Dokter S yang masih berdenyut-denyut menjepit batang kemaluan saya. Thenkzz ^_^

Anak kOost

Aku Fadil mahasiswa di Kampus X di jogja, berasal dari keluarga sederhana di kota di luar jogja. Di jogja ini aku tinggal ngekos di sebuah dusun dekat dengan kampus dan rata-rata rumah disini memang dijadikan kos-kosan, baik untuk putri maupun putra. Kosanku berada didaerah bagian belakang dusun dan dibagian depanku ada kos putra, disamping ada kos putri, dan di belakang ada kos putri yang dihuni 7 orang. Yang akan aku ceritakan disini adalah pengalamanku dengan penghuni kos putri yang berada di belakang kosku. Singkat cerita aku dan penghuni kos putra yang lainnya memang sudah kenal dan lumayan akrab dengan penghuni kos putri belakang, jadi kalo ada yang perlu bantuan tinggal bilang saja. Aku sering sekali main ke kosan putri itu untuk sekedar ngobrol-ngobrol saja diruang tamunya, itupun kalau dikosanku lagi sepi, maklum saja aku sendiri yang angkatan tua yang nyaris gak ada kerjaan, sedangkan yang lainnya masih sibuk dengan kuliah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Saking seringnya aku main ke kosan belakang, ketujuh cewek penghuninya sudah sangat terbiasa dengan kehadiranku disana, dan ada satu orang cewek bernama Ana, tingginya sekitar 165cm, beratnya sekitar 50kg, kulitnya kuning, ukuran Branya mungkin cuma 34A, pernah sehabis mandi masih dengan balutan handuk sejengkal diatas lutut dia lewat didepanku dengan santainya. Aku yang masih sangat normal sebagai lelaki sempat melongo melihat pahanya yang mulus ternyata, dan dia cuek aja tampaknya. Sampai suatu hari, sewaktu liburan UAS sekitar menjelang sore saat aku datang ke kosan belakang seperti biasa, disana hanya ada Ana sendiri, dia memakai daster bunga-bunga tipis selutut, dia sedang didepan komputer dikamarnya yang terbuka pintunya, kupikir dia lagi mengerjakan tugas “lagi ngapain, An? Yang laen kemana?” tanyaku didepan pintu, “eh Mas Fadil, lagi suntuk nih, lagi ngegame aja, yang laen kan mudik mas, trus Mbak rina kan KKN pulangnya malem terus” jawabnya sambil masih memainkan mousenya “masuk mas”. Aku pun masuk dan duduk di karpetnya “ emang kamu ga mudik juga An?” “aku kan ngambil SP mas, males klo harus ngulang reguler” jawabnya. “lagi ngegame apa sih?” tanyaku lagi “ini nih maen monopoly, abis yang ada cuma ini” sambil merubah posisi kakinya bersila dan sempat memperlihatkan pahanya, akupun melongo lagi di sajikan pahanya itu, sampai akhirnya dia sadar dan sambil menutup pahanya dia bilang “hayo ngliatin apa?” “eh ngga, ga liat apa-apa” jawabku gelagapan “hayooo ngaku, pasti nafsu ya, dasar cowo” dia bilang “yeee jangan cowo aja donk yang salah, yang bikin nafsu kan cewe” kataku membela diri “wuuu ngeles aja” dia bilang sambil melanjutkan gamenya tadi, “eh mas punya film ga? BT nih” “film apa ya? Yang di tempatku kan dah di tonton semuanya” jawabku “yaaah apa aja deeeh” dia memohon “apa dong, ya emang udah ga ada lagi, ada juga bokep tuh klo mau” “mau dong mas mau” dia bilang aku kaget mendengar itu langsung bilang “beneran nih, nanti kepengen repot lagi” “udah sana ambilin, aku iseng ni mas” “tapi nontonnya bareng ya” kubilang “iihh ga mau ah, nanti malah mas fadil pengen, bisa diperkosa aku” “ga bakalan atuh sampe kaya gitu, mau diambilin ga niy? Tapi nonton bareng ya” “iya deh, ambil sana” pintanya. Secepatnya aku lari ke kos lalu mengcopy bokep yang ada di komputer dikamarku, aku copy yang bagus-bagus saja, kemudian setelah selesai aku langsung berlari ke kamar Ana dan menyerahkannya. Ana pun langsung mengcopy yang ada di flashdiskku. Kamipun menontonnya, aku duduk berada disebelah kirinya, dan dia duduk sambil memegang bantal. Kami tak ada bicara saat film itu dimulai. Baru beberapa menit menonton, aku mulai horny karena baru kali ini aku nonton bokep sama cewek yang bukan pacarku berdua saja, kontan saja akupun agak-agak salah tingkah berganti-ganti posisi duduk demi menutupi kontolku yang sudah berdiri tegang. Tak berapa lama sepertinya diapun mulai merasakan hal yang sama, nafasnya mulai tak teratur dan agak berat seperti ada yang ditahan, duduknya pun mulai berganti posisi dan sekarang bersila sambil memeluk bantalnya itu. Seandainya aku yang jadi bantalnya, hmmmmm. Akhirnya aku memberanikan diri bertanya “kenapa, An? hayoo” “apaan sih, ga kenapa-napa ko, mas tuh yang kenapa dari tadi gerak-gerak terus?” dia merengut “ yahhh, namanya juga nonton bokep An, nontonnya sama cewek manis berdua aja lagi” kubilang “emangnya kenapa klo nonton ma cewek berdua aja”, sepertinya dia memancingku nekad saja aku bilang “ya, jadi kepengen lah jadinya” “tuuh kan bener yang aku bilang tadi” Dia melanjutkan “ mas fadil suka ya begituan?” dan aku jawab asal “ya sukalah, enak sih” “lah kamu sendiri suka nonton bokep ya? Dah dari kapan? Jangan-jangan kamu juga udah lagi?” langsung aku cecar saja sekalian “iihhh, apaan sih” dia bilang, “udahhh ngaku ajah, udah pernah kan?kalo udah juga ga papa, rahasia aman kok, hehe” aku cecar terus “mmmm tau ah” dia malu tampaknya, kemudian dia mengalihkan dan bertanya “mas fadil klo begituan suka jilatin kaya gitu mas” sambil menunjuk adegan cowok lagi jilatin memek cewek “iya, suka, di oral juga suka, kenapa? Pengen ya hehehe” “ihhhh orang cuma nanya” jawabnya malu-malu “kamu emangnya belom pernah di oral kaya gitu An?” “belom lah,aku sebenernya pernah ML 2 kali, tp cowokku ga pernah tuh ngejilatin ‘itu’ku, aku terus yang disuruh isepin ‘anu’nya “ akhirnya dia ngaku juga “ wahh keenakan cowokmu donk, diisep terus kontolnya ma kamu, dah jago dunk, jadi pengen, hehe” “wuuu sana ma pacarmu sana” katanya “pacarku kan jauh An” jawabku. Aku langsung bergeser merapatkan diri disamping dia “ Din, mau aku jilatin memeknya ga?” aku langsung aja abis udah ga tahan. Dia diam saja, aku cium pipinya diapun menghadapkan mukanya kearahku, aku dekatkan bibirku ke bibirnya dan kamipun berciuman dengan sangat bernafsu. Tangan kiriku mulai meraba toketnya, diapun melenguh “mmmh” sambil tetap berciuman. “An, udah lama aku pingin ngerasain ngentot sama kamu” kataku “aku juga mas, aku kan sering mancing mas fadil, tapi mas kayanya ga ngerasa” dia bilang “ihh pake mancing-mancing segala, kan tinggal ajak aja aku pasti mau” “yeee masa aku yang ajak” katanya manja sambil menggelayutkan tangannya dileherku “berarti boleh dong memeknya aku jilat” sambil kuturunkan tanganku ke memeknya yang masih terbalut dasternya “lom diijinin aja tangannya udah megang memekku nih” sambil tersenyum kemudian menciumiku. Aku langsung melumat bibirnya sambil mengangkat dasternya hingga tanganku dan memeknya hanya dibatasi CD tipis saja. Ana sudah mulai memasukkan tangannya kedalam celana(saat itu aku hanya menggunakan celana boxer) dan CD ku sampai menyentuh kontolku dan kemudian mengelusnya lembut “mmmhhh Ana sayang” Aku membuka kaosku lalu melepaskan dasternya sekalian hingga tersisa CD dan bra nya saja. “kamu seksi An” “mas fadil juga kontolnya gede, Ana suka banget, Ana isep ya?” “iya An, aku juga ga sabar pingin memek km” Akupun berdiri, Ana memelorotkan celana sekaligus CDku sampai kontolku seperti melompat kedepan mukanya saking tegangnya, Ana sedikit kaget saat melihat kontolku yang memiliki panjang sekitar 17cm “mas, gede ih, pacarku ga segede ini kontolnya” Saat dia sudah membuka mulutnya ingin melahap kontolku, aku langsung menariknya hingga berdiri “sebentar sayang, dah ga sabaran pengen isep ya?” Ana mengangguk manyun “kita 69 yuk sayang” Aku membuka tali bra nya dan lalu cdnya kuturunkan, terlihat bersih memeknya tanpa jembut. “memek kamu bersih sayang” “baru kemaren aku cukur mas, abis suka gatel kalo ada bulunya, mas suka ngga?” “suka banget sayang” sambil kuciumi memeknya. Ana naik ke kasurnya dengan posisi telentang mengundangku, akupun naik dan memposisikan kontolku berhadapan dengan mukanya lalu mukaku didepan memeknya. Aku mulai menjilati memeknya dengan lembut , Ana tanpa ragu memasukkan kontolku ke mulutnya dan mengocoknya perlahan “oughhh, mmmhhh Ana sayang” memek Ana terasa sangat legit aku menjilati klitorisnya yang kemerahan “hmpffhhh….mmmpphhh” Ana melenguh Sekitar 5 menit kami di posisi ini, kami sudah sama-sama tidak tahan, aku mengubah posisiku berada di atas tubuh telentang Ana dan mengarahkan kontolku ke memeknya. Memeknya sudah agak basah setelah oral tadi, aku menggesek-gesekkan kontolku sesaat “ohhhh, masukin masku sayang, Ana ga tahan lagi mmmmhhh” Aku senang mendengarnya memohon minta di entot. Aku menekankan kontolku perlahan, baru kepalanya yang masuk, agak sulit, aku hentakkan sedikit, Ana menggigit bibirnya, dan akhirnya kontolku berhasil memasuki lubang senggamanya, sempit dan seret rasanya membuatku merasakan kenikmatan saat aku awal bercinta dengan pacarku, namun ini terasa lebih mungkin karena lebih menantang. Aku memompa memeknya perlahan-lahan, Ana mengikuti gerakanku dengan menggerakkan pinggulnya mengarahkan memeknya. Aku genjot terus sambil kupeluk Ana dan menciumi bibirnya yang merah basah. “mmh. Hmmpppf….sayang enak banget sayang, memek kamu sempit banget, kontolku kaya dipijet-pijet” “ he emh mas, oughhh terus mas, masukin terus mas, biar Ana jepit kontolnya, ahhhhh” bicaranya terengah-engah Aku menggenjot terus sampai akhirnya kontolku amblas didalam memeknya. Aku semakin cepat memompa liang senggamanya. “ahhh,,ohhhh, masku,,,ohh,,entot aku ohh..enak banget mas sayang, Ana pingin oohhhhh dientot mas terus, ayo ooougghhh” Ana sudah tak karuan omongannya saking menikmatinya. 15 menitan kami bercinta dalam posisi tersebut dan aku memintanya nungging untuk posisi doggy , Ana menurut saja, aku masukkan kontolku kememeknya lagi dan sekarang sudah agak lancar walaupun masih terasa sempitnya seperti memeras dan menyedot kontolku masuk. Aku memegang pantatnya yang mulus bersih sambil aku pompa tak terlalu cepat, Anapun memajumundurkan memeknya hingga seperti akan menelan kontolku seluruhnya dan sangat nikmat rasanya. Aku mempercepat genjotanku di memeknya, Ana sedikit berteriak kenikmatan “auhh mas,, mmmhh terus mas, enak ahhh…kontol mas…oohhh sayang” Nafasku semakin memburu dan bernafsu mendengar ocehannya itu membuat genjotanku menjadi sangat cepat “sayang, aku kluarin dimana sayang…ah ah oughh” “didalem…argh aja sayang auuhhh ga papa, Ana juga mau keluar mmmhhh” Genjotanku cepat sekali karena spermaku sudah tak tertahankan lagi mau keluar. “arrrgghhh aku keluar sayanggg” Dan saat itu juga tubuh Ana mengejang orgasme “ahhhhhhh, aku juga ssssshh mas” Aku muntahkan spermaku dalam lubang memek Ana, aku memutar tubuh Ana dengan kontol masih tertancap di memeknya,aku memeluk dan menciumnya “kamu hebat sayang, memek kamu hebat jepitannya” “mas fadil juga” Dia mengajakku ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami, dengan masih telanjang kami keluar kamar dan menuju kamar mandi. Aku membersihkan seluruh tubuhnya dengan perasaan sayang yang luar biasa, dan diapun melakukan hal yang sama kepadaku. Setelah selesai membersihkan tubuh kami, kami kembali kekamarnya dan memakai kembali pakaian kami,saat itu dia bilang kepadaku “makasih ya mas, udah ngasih kepuasan buat aku, enak banget ngentot sama kamu mas” “sama-sama sayang, besok-besok lagi ya?” “siap mas. Muachh” jawabnya sambil menciumku Akupun kembali ke kosku dengan hati sangat senang dan saat ada kesempatan berdua kamipun melakukannya lagi. Atau saat sama-sama tidak tahan kami janjian ke hotel untuk memuaskan nafsu kami. Thenkzzz'zz ^_^

Olah raga Sexx

Setelah dua tahun bercerai aku baru mulai bisa menikmati hidup menjomblo. Dalam usia ku di awal 50-an aku tidak lagi direpotkan oleh pekerjaan. aku memilih tinggal di daerah sepi di Bali. rumah ku tak jauh dari pantai yang berpasir putih. Daerah ini karena sepi dan jauh dari pemukiman penduduk, sering dimanfaatkan oleh wisatawan asing untuk bernudis ria. Kelompok mereka memang tidak banyak, yah sekitar 10 sampai 15 orang saja bersendau gurau sambil telanjang. Kadang kala aku memergoki mereka sedang berhubungan di pasir di semak-semak agak jauh dari pantai. Aku memang menyukai laut dari pada pegunungan yang dingin dan kerap hujan. Udara di pantai rasanya lebih segar dan deburan ombak di pantai menjadi selingan suara yang menenangkan hati. Untuk menjaga kesehatan, aku rutin melakukan joging 3 kali seminggu di sepanjang pantai. Daerah ini memang sepi sekali, tetapi aku merasa tentram dan aman. Jadi meski aku joging sendirian di sepanjang pantai, tidak pernah muncul perasaan khawatir akan gangguan. Kadang-kadang aku mendapati hiburan menyaksikan sekelompok bule sedang bertelanjang mandi di pantai. Kami sering juga terlibat mengobrol. Mereak tampak santai aja meski dalam keadaan telanjang ngobrol dengan aku yang masih menggunakan celana renang dan kaus oblong. Suatu hari di bulan agustus, aku bagun lebih pagi dari biasanya, karena memang tidak bisa tidur lagi. Kuptuskan bersepeda ke pantai sambil tak lupa membawa celana renang. Aku sepagi itu melakukan aktifitas joging di sepanjang pantai. Matahari belum tampak muncul dari ufuk timur, air laut masih terasa sejuk dan di pantai belum tampak seorang pun. Ketika aku sedang berlari seperti biasa, kudengar ada orang juga berlari dari belakang. Kutoleh ke belakang, ternyata seorang wanita bule berlari dengan lebih cepat dariku dan dia total bugil. Ini tentu saja mengejutkan ku sehingga aku tidak bisa mengabaikan pemandangan itu.Ketika dia mendekat dia malah berkata, " maaf saya telah membuak kamu canggung." "emang iya sih," kataku jujur sambil memperhatikan bentuk tubuh yang indah dengan kulit berwarna agak gelap. Badannya sangat terawat dan terlihat dia rajin berolah raga. Ini terpancar dari otot-ototnya yang kencang, juga payudaranya yang padat, perut rata. Dia tersenyum dan wajahnya cukup manis. Dia kelihatannya sebaya dengan saya atau sedikit lebih muda. Dia kelihatan agak mengernyit melihat saya yang berpakaian. Tidak ada kesan dia malu atas ketelanjangannya, bahkan dari matanya terlihat dia cukup bersahabat. "Yuk gabung berolahraga bersamaku,dari pada kamu terus-terusan memperhatikan aku" kata wanita itu. Aku jadi malu dan mungkin saja waktu itu mukaku memerah karena ketanggor menikmati tubuh telanjang. "Sorry, biasanya aku tidak bertemu dengan cewek telanjang di sini," jawabku sambil berusaha memulihkan rasa canggungku. "Ah aku biasa dipandangi seperti itu dari cowok bahkan cewek. Sudah bertahun-tahun aku melakukan joging sambil bugil." Kamu akan merasakan kenikmatan berjoging yang lebih dari biasanya jika kita melakukannya bersamaan. Akhirnya aku menerima tawarannya untuk joging bareng dia. Terus terang aku kagum pada badannya yang sangat terpelihara dan kebugarannya yang prima. Aku bahkan harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menyamai kecepatan larinya. Tidak terasa kami semakin jauh dari tempatku start tadi. Keadaan pantai sangat sepi karena di daerah ini memang tidak berpenduduk dan tidak digunakan untuk rekreasi. Kami berkeringat dan terengah-engah. Setelah sekitar sejam aku minta dia untuk berhenti dulu. " Ini adalah joging ku yang terjauh, " kata ku. "Aku pun bertahun-tahun baru bisa mencapai jarak sejauh ini, oke mari kita berjalan untuk menurunkan denyut jantung, baru setelah itu kita berenang," katanya. "Baiklah," kataku. Kami lalu berjalan. Aku mengagumi kekuatan cewek ini. Biasanya jika aku melihat cewek maka akan berkembang fantasiku dan ini membuat bagianku mengeras di bawah sana. Namun cewek ini lain, meskipun bagian bawahku juga agak mengeras. Tapi aku putuskan untuk tidak mengajaknya melakukan hubungan. Aku lebih senang jika kami menikmati saja apa adanya nanti, tanpa ada usaha ku membujuknya untuk melakukan hubungan. "Tidak ada siapa pun disini kecuali kita," katanya yang kemudian membubarkan lamunanku. "Lebih baik kamu buka celana renangmu lalu kita berenang sehingga ketika kamu kembali kamu tetap punya celana yang kering. Lagi pula kamu bisa menggosok daki di bagian lipatan paha sebelah dalam tanpa terhalang celana." katanya sambil memandangku serius. Dengan santainya dia lalu menurunkan celana renangku sambil berkata, kenapa sih nudis dianggap sebagai masalah besar. Ia kemudian dengan santai jalan ke laut. Aku merasa malu tapi sekaligus senang. Inilah kesempatanku merasakan pengalaman nudis dipantai bersama cewek yang cukup memikat. Aku tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku lalu melepas celanaku dan secepatnya lari ke air. Ia lalu tersenyum. "Aku senang, karena biasanya agak susah bagiku memulai nudis apalagi ditengah-tengah orang yang tak kukenal. Ngomong-ngomong sejauh ini kita telah lari dan berenang telanjang tapi nggak tahu namamu, namaku Dani. "Aku Naomi, maaf kalau aku membuat kamu malu, seharusnya aku memang harus lebih hati-hati. Nudis sebenarnya adalah hal yang alami, dan saya tidak punya pikiran lain dari ketelanjangan," katanya. Kami lalu mencebur ke dalam air. Pada mulanya aku merasa aneh karena alat vitalku bergerak bebas di dalam air tanpa kekangan. Rasanya memang nyaman dan agak geli juga ketika aliran air menyapu bagian vitalku. Naomi memang benar. Rasa alami ketika telanjang. Aku memperhatikan Naomi yang berenang dengan gaya telentang. Setiap kali dia mengangkat tangannya dan kepalanya terlelap air, tetek besarnya bergerak mengikuti gerakan tangannya. Aku jadi terpesona dengan pemandangan ini. Dia jadi kelihatan tambah sexy. Gundukan kemaluannya yang tertutup rambut pirang kadang kala tersibak dan muncul dua bibir kemaluannya yang tebal menyeruak. Kemaluannya muncul tenggelam di air. Kemaluanku jadi berkembang makin besar. Aura sexy Naomi makin memancar dan menimbulkan rangsangan pada kemaluanku. "Saya senang caramu memandangku, kata Naomi. " Kamu membuat saya jadi bergairah," kata ku. " Saya tidak tahu sejauh apa rangsangan yang kamu rasakan, tetapi pandanganmu membuat wanita menjadi bangga, sekarang mari kita meregang otot-otot di pantai." kata Naomi. Saya ikuti dia mentas dari air. Bentuk badan Naomi memang pantas dikagumi, tidak kerempeng seperti gadis 16 tahunan. Kulitnya memang tidak selembut gadis remaja, tetapi bokongnya terlihat padat. Langkahnya menunjukkan kedewasaan Naomi. Pantatnya bergetar seirama dengan langkahnya dan rasanya Naomi tidak berlaku dibuat-buat. Setelah sesi peregangan. Naomi berdiri dihadapanku sambil memperhatikan diriku dari ujung rambut sampai ujung kaki. "kapan kamu terakhir mengolah gerak alat vitalmu, tanya Naomi sambil memperhatikan pinggangku. "Apaan, saya belum tahu ada latihan gerak khusus untuk alat vital," tanya ku agak ragu. "Kebanyakan orang, baik pria maupun wanita dalam berolahraga melalaikan latihan pada organ seks mereka. Mungkin karena rasa malu karena ini berkaitan dengan seks. Seperti halnya berolahraga yang melatih otot-otot anggota tubuh untuk berfungsi lebih baik, kamu juga harus melatih gerak organ sex mu agar bisa berfungsi baik. Saya rasa kita bisa berpatner dalam melakukannya, kamu mau kan," tanya Naomi. " Aku jadi antusias tapi jujur aja juga rada malu, dan tawaran seperti itu tentu tidak bisa ditolak, apalagi wanita sexy yang menawarkannya. Meski aku senang dan iangin melakukannya, tapi tidak tahu bagaimana adik kecilku apakah dia akan bereaksi secara yang diinginkan' kata ku. Naomi lalu mengajakku ke tempat yang agak terlindung. "Adik kecilmu akan mendapat mahkota Raja Pantai. Setelah beberapa sesi latihan adik kecilmu akan menjadi lebih digdaya katanya sambil memperhatikan adik kecilku dan dia tertawa geli melihatku bengong. Aku jadi ikutan tertawa ditengah rasa tak menentu yang diliputi juga rasa malu. "Sekarang tidur telentang, tangan disamping badan dan bernafaslah yang dalam dari perutmu. Ketika menarik nafas kencangkan otot adikmu dan longgarkan saat menghembus nafas. Cobalah dengan ritme nafas yang natural, dan kamu akan merasa hangat menjalar ke seluruh tubuhmu dan selangkangmu juga tentunya. Saya akan melakukan hal yang sama seperti yang kamu lakukan. Pada tahap ini abaikan keberadaan ku, dan kosentrasi kepada ritme pernafasanmu. Aku ikuti semua arahan Naomi. Pada mulanya aku mengejan alat vitalku dengan mengeraskan otot-ototnya dan agak sukar juga seirama yang natural. Kesukarannya adalah mensinkronkan nafas dengan tekanan mengejan. Namun perlahan-lahan aku mulai bisa menguasai ritmenya. Aku mulai dijalari rasa hangat di sekujur tubuhku ketika aku menarik nafas. Ini menjadikan perasaanku semakin kuat dan alat vitalku juga semakin keras. Beberapa saat kemudian dia menghentikan ku. "Sekarang mari kita berlatih bersama mensinkronkan pernafasan kita. Ini akan membantu kita mencapai energi yang lebih besar dan akan menyenangkan bagi kita. Duduklah dan lebarkan kedua kakimu dan lemaskan dengkulmu senyaman mungkin, aku akan duduk diatas pangkuanmu. Kita akan melakukan latihan bersama, Sekarang ketika kamu menghembuskan nafas dan mengendurkan otot, aku akan menarik nafas dan mengencangkan otot-ototku. Dengan cara ini energi kita akan melingkupi kita secara berkesinambungan. Sekarang kembalilah konsentrasi pada nafas dan peregangan otot-ototmu, lalu rasakan apa yang kamu dapatkan. Jika kamu serius, saya jamin ini akan lebih memudahkan konsentrasimu dan aku," kata Naomi. Pagi ini aku benar benar tidak lagi mampu mengontrol diriku sendiri. Naomi membawaku kepada keadaan yang belum pernah aku bayangkan, dan aku tunduk pada instruksiknya tanpa ragu. Biasanya akulah yang mengendalikan kemauanku, terutama dalam hal sex. Alangkah indahnya kali ini, ketika aku tidak menjadi pihak yang dominan. Suasana ini begitu nyaman dan sangat alami. Aku duduk di pasir dan seperti yang diinstruksikan Naomi aku memangkunya berhadapan. Kakinya dilingkarkan ke badanku dan aku menduduki ujung kakinya. Tangan Naomi memeluk bahuku, tubuh kami merapat. Adik kecilku berada tepat di mulut kelamin Naomi. Setelah melakukan beberapa kali dengan beberapa kekeliruan juga akhirnya aku bisa mengatur ritme peregangan dengan irama pernafasanku dan irma Naomi. Susah juga berkonsentrasi olah nafas sementara vitalku menyundul-nyundul bibir vagina Naomi. Kami menyamankan diri kami dan berkonsentrasi pada pernafasan serta meregangkan otot vital kami. Aku merasakan peregangan otot vital naomi pada bagian vitalku setiap kali dia menarik nafas. Irama pernafasan kami makin cepat dan rasa hangat menjalar ke tubuh kami secara lebih menonjol. Kulit kami jadi makin hangat dan mulai berkeringat. Alat vitalku menjadi makin keras mendorong ke dalam kemaluan Naomi dan kemaluan nya serasa makin menelan adik kecilku. Irama kami semakin sinkron dan Naomi mulai mengeluarkan suara ketika menghembuskan nafas dan matanya memberi signal agar aku mengikuti apa yang dilakukannya. Aku ikut bersuara ketika menghembuskan nafasku dan terasa getaran di dalam pinggangku. Sementara itu vitalku sudah menyatu dengan vagina Naomi. Aku merasa vitalku berada sangat dalam di Naomi. Ujung vitalku serasa mentok di vaginanya saking dalamnya dia terbenam di dalam vagina Naomi. Aku tidak melakukan apa pun kecuali kosentrasi dengan pernafasan bagitu juga tampaknya Naomi. Tubuh kami bersatu, bibir bertemu bibir dan puting susunya yang mengeras menyapu dadaku Setiap kali dia menghirup nafas otot vaginanya meremas vitalku. Saya merasa vitalku dan energiku seperti tersalur ke dalam diri Naomi, demikian juga sebaliknya. Kami konsentrasi menikmati pelatihan ini. Aku merasa semakin nyaman dan sangat menggairahkan. Alat vitalku berkedut seperti orrgasme kecil. Aku heran, orgasmeku tidak sampai aku ejakulasi. Aku berusaha santai dan Naomi menerima getaran orgasme ku dan vaginanya menyambutnya dengan relax. Dalam waktu singkat aktivitas kami semakin menggairahkan dan makin tinggi. Tubuh Naomi mengejang dia memasuki fase orgasme. Suatu penmandangan yang menggairahkan melihat reaksi orgasme Naomi. Aku merasa akan kembali mengalami orgasme ketika aku menurunkan tensiku. Saat itu orgasmeku terasa sangat kuat dan kehangatan menjalari seluruh tubuhku, dan anehnya aku tidak ejakulasi. aku merasa tidak seperti rasa ejakulasi biasanya, ini sebuah sensasi baru. Setelah beberapa kali orgasme, Naomi berbisik "Silahkan kalau kamu mau ejakulasi di dalam vaginaku, tetapi kalau kamu mau merasakan pengalaman lain, tahan ejakulasimu dan simpanlah energimu, itu akan membuat kamu lebih sehat. Tubuhmu akan memiliki energi sex yang tinggi untuk waktu lama. "Melalui pengalaman yang kamu ajarkan kepadaku, aku tidak ragu lagi akan mengikuti semua petunjukmu." jawabku. Secara perlahan-lahan kami saling mengendurkan saraf sambil bertahan pada posisi semula, berpelukan dan nafas kami lebih perlahan, berciuman lembut dan vitalku masih tetap berada didalam vagina Naomi tetapi pada posisi yang santai. Batangku tetap bertahan di dalam vagina Naomi. Aku sama sekali tidak merasakan kelelahan seperti umumnya habis melakukan hubungan dan juga tidak ada rasa kantuk seperti biasanya. "Terima kasih Dani, Saya merasa nikmat berolah raga bersamamu. Saya senang dengan cara kamu memperlakukanku," katanya. Ucapannya itu membuat vitalku kembali menegang. " Cukup dulu untuk hari ini ," katanya sambil menciumku. "Oklah mari kita pulang," kata ku. Naomi menarik kemaluannya meninggalkan batangku yang setengah ereksi. Naomi lalu membungkuk dan mengulum batangku. Otomatis batangku kembali mengeras. Naomi menarik saya berdiri dan kami kembali ke tempat awal kami.

Mba Anna

Namaku Andi mahasiswa di sebuah universitas terkenal di Surakarta. Di kampungku sebuah desa di pinggiran kota Sragen ada seorang gadis, Ana namanya. Ana merupakan gadis yang cantik, berkulit kuning dengan body yang padat didukung postur tubuh yang tinggi membuat semua kaum Adam menelan ludah dibuatnya. Begitu juga dengan aku yang secara diam-diam menaruh hati padanya walaupun umurku 5 tahun dibawahnya, tapi rasa ingin memiliki dan nafsuku lebih besar dari pada mengingat selisih umur kami. Kebetulan rumah Mbak Ana tepat berada di samping rumahku dan rumah itu kiranya tidak mempunyai kamar mandi di dalamnya, melainkan bilik kecil yang ada di luar rumah. Kamar Mbak Ana berada di samping kanan rumahku, dengan sebuah jendela kaca gelap ukuran sedang. Kebiasaan Mbak Ana jika tidur lampu dalam rumahnya tetap menyala, itu kuketahui karena kebiasaan burukku yang suka mengintip orang tidur, aku sangat terangsang jika melihat Mbak Ana sedang tidur dan akhirnya aku melakukan onani di depan jendela kamar Mbak Ana. Ketika itu aku pulang dari kuliah lewat belakang rumah karena sebelumnya aku membeli rokok Sampurna A Mild di warung yang berada di belakang rumahku. Saat aku melewati bilik Mbak Ana, aku melihat sosok tubuh yang sangat kukenal yang hanya terbungkus handuk putih bersih, tak lain adalah Mbak Ana, dan aku menyapanya, “Mau mandi Mbak,” sambil menahan perasaan yang tak menentu. “Iya Ndik, mau ikutan..” jawabnya dengan senyum lebar, aku hanya tertawa menanggapi candanya. Terbersit niat jahat di hatiku, perasaanku menerawang jauh membanyangkan tubuh Mbak Ana bila tidak tertutup sehelai benangpun. Niat itupun kulakukan walau dengan tubuh gemetar dan detak jantung yang memburu, kebetulan waktu itu keadaan sunyi dengan keremangan sore membuatku lebih leluasa. Kemudian aku mempelajari situasi di sekitar bilik tempat Mbak Ana mandi, setelah memperkirakan keadaan aman aku mulai beroperasi dan mengendap-endap mendekati bilik itu. Dengan detak jantung yang memburu aku mencari tempat yang strategis untuk mengintip Mbak Ana mandi dan dengan mudah aku menemukan sebuah lubang yang cukup besar seukuran dua jari. Dari lubang itu aku cukup leluasa menikmati kemolekan dan keindahan tubuh Mbak Ana dan seketika itu juga detak jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya, tubuhku gemetar hingga kakiku terasa tidak dapat menahan berat badanku. Kulihat tubuh yang begitu sintal dan padat dengan kulit yang bersih mulus begitu merangsang setiap nafsu lelaki yang melihatnya, apalagi sepasang panyudara dengan ukuran yang begitu menggairahkan, kuning langsat dengan puting yang coklat tegak menantang setiap lelaki. Kemudian kupelototi tubuhnya dari atas ke bawah tanpa terlewat semilipun. Tepat di antara kedua kaki yang jenjang itu ada segumpal rambut yang lebat dan hitam, begitu indah dan saat itu tanpa sadar aku mulai menurunkan reitsletingku dan memegangi kemaluanku, aku mulai membayangkan seandainya aku dapat menyetubuhi tubuh Mbak Ana yang begitu merangsang birahiku.Terasa darahku mengalir dengan cepat dan dengusan nafasku semakin memburu tatkala aku merasakan kemaluanku begitu keras dan berdenyut-denyut. Aku mempercepat gerakan tanganku mengocok kemaluanku, tanpa sadar aku mendesah hingga mengusik keasyikan Mbak Ana mandi dan aku begitu terkejut juga takut ketika melihat Mbak Ana melirik lubang tempatku mengintipnya mandi sambil berkata, “Ndik ngintip yaaa…” Seketika itu juga nafsuku hilang entah kemana berganti dengan rasa takut dan malu yang luar biasa. Kemudian aku istirahat dan mengisap rokok Mild yang kubeli sebelum pulang ke rumah, kemudian kulanjutkan kegiatanku yang terhenti sesaat. Setelah aku mulai beraksi lagi, aku terkejut untuk kedua kalinya, seakan-akan Mbak Ana tahu akan kehadiranku lagi. Ia sengaja memamerkan keindahan tubuhnya dengan meliuk-liukkan tubuhnya dan meremas-remas payudaranya yang begitu indah dan ia mendesah-desah kenikmatan. Disaat itu juga aku mengeluarkan kemaluanku dan mengocoknya kuat-kuat. Melihat permainan yang di perlihatkan Mbak Ana, aku sangat terangsang ingin rasanya aku menerobos masuk bilik itu tapi ada rasa takut dan malu. Terpaksa aku hanya bisa melihat dari lubangtempatku mengintip. Kemudian Mbak Ana mulai meraba-raba seluruh tubuhnya dengan tangannya yang halus disertai goyangan-goyangan pinggul, tangan kanannya berhenti tepat di liang kewanitaannya dan mulai mengusap-usap bibir kemaluannya sendiri sambil tangannya yang lain di masukkan ke bibirnya. Kemudian jemari tangannya mulai dipermainkan di atas kemaluannya yang begitu menantang dengan posisi salah satu kaki diangkat di atas bak mandi, pose yang sangat merangsang kelelakianku. Aku merasa ada sesuatu yang mendesak keluar di kemaluanku dan akhirnya sambil mendesah lirih, “Aahhkkkhh…” aku mengalami puncak kepuasan dengan melakukan onani sambil melihat Mbak Ana masturbasi. Beberapa saat kemudian aku juga mendengar Mbak Ana mendesah lirih, “Oohhh.. aaahh..” dia juga mencapai puncak kenikmatannya dan akhirnya aku meninggalkan tempat itu dengan perasaan puas. Di suatu sore aku berpapasan dengan Mbak Ana. “Sini Ndik,” ajaknya untuk mendekat, aku hanya mengikuti kemauannya, terbersit perasaan aneh dalam benakku. “Mau kemana sore-sore gini,” tanyanya kemudian. “Mau keluar Mbak, beli rokok..” jawabku sekenanya. “Di sini aja temani Mbak Ana ngobrol, Mbak Ana kesepian nih..” ajak Mbak Ana. Dengan perlahan aku mengambil tempat persis di depan Mbak Ana, dengan niat agar aku leluasa memandangi paha mulus milik Mbak Ana yang kebetulan cuma memakai rok mini diatas lutut. “Emangnya pada kemana, Mbak..” aku mulai menyelidik. “Bapak sama Ibu pergi ke rumah nenek,” jawabnya sambil tersenyum curiga. “Emang ada acara apa Mbak,” tanyaku lagi sambil melirik paha yang halus mulus itu ketika rok mini itu semakin tertarik ke atas. Sambil tersenyum manis ia menjawab, “Nenek sedang sakit Ndik, yaa… jadi aku harus nunggu rumah sendiri.” Aku hanya manggut-manggut. “Eh… Ndik ke dalam yuk, di luar banyak angin,” katanya. “Mbak punya CD bagus lho,” katanya lagi. Tanpa menunggu persetujuanku ia langsung masuk ke dalam, menuju TV yang di atasnya ada VCD player dan aku hanya mengikutinya dari belakang, basa-basi aku bertanya, “Filmnya apa Mbak..” Sambil menyalakan VCD, Mbak Ana menjawab, “Titanic Ndik, udah pernah nonton.” Aku berbohong menjawab, “Belum Mbak, filmnya bagus ya..” Mbak Ana hanya mengangguk mengiyakan pertanyaanku. Setelah film terputar, tanpa sadar aku tertidur hingga larut malam dan entah mengapa Mbak Ana juga tidak membangunkanku. Aku melihat arloji yang tergantung di dinding tembok di atas TV menandakan tepat jam 10 malam. Aku menebarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang nampak sepi dan tak kutemui Mbak Ana. Pikiranku mulai dirasuki pikiran-pikiran yang buruk dan pikirku sekalian tidur disini aja. Memang aku sering tidur di rumah teman dan orang tuaku sudah hafal dengan kebiasaanku, akupun tidak mencemaskan jika orang tuaku mencariku. Waktu berlalu, mataku pun tidak bisa terpejam karena pikiran dan perasaanku mulai kacau, pikiran- pikiran sesat telah mendominasi sebagian akal sehatku dan terbersit niat untuk masuk ke kamar Mbak Ana. Aku terkejut dan nafasku memburu, jantungku berdetak kencang ketika melihat pintu kamar Mbak Ana terbuka lebar dan di atas tempat tidur tergolek sosok tubuh yang indah dengan posisi terlentang dengan kaki ditekuk ke atas setengah lutut hingga kelihatan sepasang paha yang gempal dan di tengah selakangan itu terlihat dengan jelas CD yang berwarna putih berkembang terlihat ada gundukan yang seakan-akan penuh dengan isi hingga mau keluar. Nafsu dan darah lelakiku tidak tertahan lagi, kuberanikan mendekati tubuh yang hanya dibungkus dengan kain tipis dan dengan perlahan kusentuh paha yang putih itu, kuusap dari bawah sampai ke atas dan aku terkejut ketika ada gerakan pada tubuh Mbak Ana dan aku bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Sesaat kemudian aku kembali keluar melihat keadaan dan posisi tidur Mbak Ana yang menambah darah lelakiku berdesir hebat, dengan posisi kaki mengangkang terbuka lebar seakan-akan menantang supaya segera dimasuki kemaluan laki-laki. Aku semakin berani dan mulai naik ke atas tempat tidur, tanpa pikir panjang aku mulai menjilati kedua kaki Mbak Ana dari bawah sampai ke belahan paha tanpa terlewat semilipun. Seketika itu juga ia menggelinjang kenikmatan dan aku sudah tidak mempedulikan rasa takut dan malu terhadap Mbak Ana. Sampai di selangkangan, aku merasa kepalaku dibelai kedua tangan yang halus dan akupun tidak menghiraukan kedua tangan itu. Lama-kelamaan tangan itu semakin kuat menekan kepalaku lebih masuk lagi ke dalam kemaluan Mbak Ana yang masih terbukus CD putih itu. Dia menggoyang-goyangkan pantatnya, tanpa pikir panjang aku menjilati bibir kemaluannya hingga CD yang semula kering menjadi basah terkena cairan yang keluar dari dalam liang kewanitaan Mbak Ana dan bercampur dengan air liurku. Aku mulai menyibak penutup liang kewanitaan dan menjilati bibir kemaluan Mbak Ana yang memerah dan mulai berlendir hingga Mbak Ana terbangun dan tersentak. Secara refleks dia menampar wajahku dua kali dan mendorong tubuhku kuat-kuat hingga aku tersungkur ke belakang dan setelah sadar ia berteriak tidak terlalu keras, “Ndik kamu ngapaiiin…” dengan gemetar dan perasaan yang bercampur aduk antara malu dan takut, “Maafkan aku Mbak, aku lepas kontrol,” dengan terbata-bata dan aku meninggalkan kamar itu. Dengan perasaan berat aku menghempaskan pantatku ke sofa biru yang lusuh. Sesaat kemudian Mbak Ana menghampiriku, dengan tergagap aku mengulangi permintaan maafku, “Ma..ma..afkan… aku Mbak..” Mbak Ana cuma diam entah apa yang dipikirkan dan dia duduk tepat di sampingku. Beberapa saat keheningan menyelimuti kami berdua dan kamipun disibukkan dengan pikiran kami masing-masing sampai tertidur. Pagi itu aku bangun, kulihat Mbak Ana sudah tidak ada lagi di sisiku dan sesaat kemudian hidungku memcium aroma yang memaksa perutku mengeluarkan gemuruh yang hebat. Mbak Ana memang ahli dibidang masak. Tiba-tiba aku mendengar bisikan yang merdu memanggil namaku, “Ndik ayo makan dulu, Mbak udah siapin sarapan nih,” dengan nada lembut yang seolah-olah tadi malam tidak ada kejadian apa-apa. “Iya Mbak, aku cuci muka dulu,” aku menjawab dengan malas. Sesaat kemudian kami telah melahap hidangan buatan Mbak Ana yang ada di atas meja, begitu lezatnya masakan itu hingga tidak ada yang tersisa, semua kuhabiskan. Setelah itu seperti biasa, aku menyalakan rokok Mild kesayanganku, “Ndik maafkan Mbak tadi malam ya,” Mbak Ana memecah keheningan yang kami ciptakan. “Harusnya aku tidak berlaku kasar padamu Ndik,” tambahnya. Aku jadi bingung dan menduga-duga apa maksud Mbak Ana, kemudian akupun menjawab, “Seharusnya aku yang meminta maaf pada Mbak, aku yang salah,” kataku dengan menundukkan kepala. “Tidak Ndik.. aku yang salah, aku terlalu kasar kepadamu,” bisik Mbak Ana. Akupun mulai bisa menangkap kemana arah perkataan Mbak Ana. “Kok bisa gitu Mbak, kan aku yang salah,” tanyaku memancing. “Nggak Ndik.. aku yang salah,” katanya dengan tenang, “Karena aku teledor, tapi nggak pa-pa kok Ndik.” Aku terkejut mendengar jawaban itu. “Ndik, Mbak Ana nanya boleh nggak,” bisik Mbak Ana mesra. Dengan senyum mengembang aku menjawab, “Kenapa tidak Mbak.” Dengan ragu-ragu Mbak Ana melanjutkan kata-katanya, “Kamu udah punya pacar Ndik..” suara itu pelan sekali lebih mirip dengan bisikan. “Dulu sih udah Mbak tapi sekarang udah bubaran.” Kulihat ada perubahan di wajah Mbak Ana. “Kenapa Ndik,” dan akupun mulai bercerita tentang hubunganku dengan Maria teman SMP-ku dulu yang lari dengan laki-laki lain beberapa bulan yang lalu, Mbak Ana pun mendengarkan dengan sesekali memotong ceritaku. “Kalo Mbak Ana udah punya cowok belum,” tanyaku dengan berharap. “Belum tuh Ndik, lagian siapa yang mau sama perawan tua seperti aku ini,” jawabnya dengan raut wajah yang diselimuti mendung. “Kamu nggak cari pacar lagi Ndik,” sambung Mbak Ana. Dengan mendengus pelan aku menjawab, “Aku takut kejadian itu terulang, takut kehilangan lagi.” Dengan senyum yang manis dia mendekatiku dan membelai rambutku dengan mesra, “Kasian kamu Andi..” lalu Mbak Ana mencium keningku dengan lembut, aku merasa ada sepasang benda yang lembut dan hangat menempel di punggungku. Sesaat kemudian perasaanku melayang entah kemana, ada getaran asing yang belum pernah kurasakan selama ini. “Ndik boleh Mbak jadi pengganti Maria,” bisik Mbak Ana mesra. Aku bingung, perasaanku berkecamuk antara senang dan takut, “Andik takut Mbak,” jawabku lirih. “Mbak nggak akan meninggalkanmu Ndik, percayalah,” dengan kecupan yang lembut. “Bener Mbak, Mbak Ana berani sumpah tidak akan meninggalkan Andik,” bisikku spontan karena gembira. Mbak Ana mengangguk dengan senyumnya yang manis, kamipun berpelukan erat seakan-akan tidak akan terpisahkan lagi. Setelah itu kami nonton Film yang banyak adegan romantis yang secara tidak sadar membuat kami berpelukan, yang membuat kemaluanku berdiri. Entah disengaja atau tidak, kemudian Mbak Ana mulai merebahkan kepalanya di pangkuanku dan aku berusaha menahan nafsuku sekuat mungkin tapi mungkin Mbak Ana mulai menyadarinya. “Ndik kok kamu gerak terus sih capek ya.” Dengan tersipu malu aku menjawab, “Eh… nggak Mbak, malah Andik suka kok.” Mbak Ana tersenyum, “Tapi kok gerak-gerak terus Ndik..” Aku mulai kebingungan, “Eh.. anu kok.” Mbak Anak menyahut, “Apaan Ndik, bikin penasaran aja.” Kemudian Mbak Ana bangun dari pangkuanku dan mulai memeriksa apa yang bergerak di bawah kepalanya dan iapun tersenyum manis sambil tertawa, “Hii.. hii.. ini to tadi yang bergerak,” tanpa canggung lagi Mbak Ana membelai benda yang sejak tadi bergerak-gerak di dalam celanaku dan aku semakin tidak bisa menahan nafsu yang bergelora di dalam dadaku. Kuberanikan diri, tanganku membelai wajahnya yang cantik dan Mbak Ana seperti menikmati belaianku hingga matanya terpejam dan bibirnya yang sensual itu terbuka sedikit seperti menanti kecupan dari seorang laki-laki. Tanpa pikir panjang, kusentuhkan bibirku ke bibir Mbak Ana dan aku mulai melumat habis bibir yang merah merekah dan kami saling melumat bibir. Aku begitu terkejut ketika Mbak Ana memainkan lidahnya di dalam mulutku dan sepertinya lidahku ditarik ke dalam mulutnya, kemudian tangan kiri Mbak Ana memegang tanganku dan dibimbingnya ke belahan dadanya yang membusung dan tangan yang lain sedari tadi asyik memainkan kemaluanku. Akupun mulai berani meremas-remas buah dadanya dan Mbak Anapun menggelinjang kenikmatan, “Te..rus… Ndik aaahh…” Kemudian dengan tangan yang satunya lagi kuelus dengan lembut paha putih mulus Mbak Ana, semakin lama semakin ke atas. Tiba-tiba aku dikejutkan tangan Mbak Ana yang semula ada di luar celana dan sekarang sudah mulai berani membuka reitsletingku dan menerobos masuk meremas-remas buah zakarku sambil berkata, “Sayang.. punyamu besar juga ya..” Akupun mulai berani mempermainkan kemaluan Mbak Ana yang masih terbungkus CD dan iapun semakin menggeliat seperti cacing kepanasan, “Aaahh lepas aja Ndik..” Sesaat kemudian CD yang melindungi bagian vital Mbak Ana sudah terhempas di lantai dan akupun mulai mempermainkan daging yang ada di dalam liang senggama Mbak Ana. “Aaahhh enak, enak Ndik masukkan aja Ndik,” jariku mulai masuk lebih dalam lagi, ternyata Mbak Ana sudah tidak perawan lagi, miliknya sudah agak longgar dan jariku begitu mudahnya masuk ke liang kewanitaannya. Satu demi satu pakaian kami terhempas ke lantai sampai tubuh kami berdua polos tanpa selembar benang pun. Mbak Ana langsung memegang batang kemaluanku yang sudah membesar dan tegak berdiri, kemudian langsung diremas-remas dan diciumnya. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan kenikmatan yang diberikan Mbak Ana saat bibir yang lembut itu mengecup batang kemaluanku hingga basah oleh air liurnya yang hangat. Lalu lidah yang hangat itu menjilati hingga menimbulkan kenikmatan yang tak dapat digambarkan. Tidak puas menjilati batang kemaluanku, Mbak Ana memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya yang sensual itu hingga amblas separuhnya, secara refleks kugoyangkan pantatku maju mundur dengan pelan sambil memegangi rambut Mbak Ana yang hitam dan lembut yang menambah gairah seksualku dan aroma harum yang membuatku semakin terangsang. Setelah puas, Mbak Ana menghempaskan pantatnya di sofa. Akupun paham dan dengan posisi kaki Mbak Ana mengangkang menginjak kedua pundakku, aku langsung mencium paha yang jenjang dari bawah sampai ke atas. Mbak Ana menggelinjang keenakan, “Aaahhh…” desahan kenikmatan yang membuatku tambah bernafsu dan langsung bibir kemaluannya yang merah merekah itu kujilati sampai basah oleh air liur dan cairan yang keluar dari liang kenikmatan Mbak Ana. Mataku terbelalak saat melihat di sekitar bibir kenikmatan itu ditumbuhi bebuluan yang halus dan lebat seperti rawa yang di tengahnya ada pulau merah merekah. Tanganku mulai beraksi menyibak kelebatan bebuluan yang tumbuh di pinggir liang kewanitaan, begitu indah dan merangsangnya liang sorga Mbak Ana ketika klitoris yang memerah menjulur keluar dan langsung kujilati hingga Mbak Ana meronta-ronta kenikmatan dan tangan Mbak Ana memegangi kepalaku serta mendorong lebih ke dalam kedua pangkal pahanya sambil menggoyanggoyangkan pinggulnya hingga aku kesulitan bernafas. Tanganku yang satunya meremas-remas dan memelintir puting susu yang sudah mengeras hingga menambah kenikmatan bagi Mbak Ana. “Ndik.. udah… aaahhh, masukin.. ajaaa.. ooohh…” aku langsung berdiri dan siap-siap memasukkan batang kemaluanku ke lubang senggama Mbak Ana. Begitu menantang posisi Mbak Ana dengan kedua kaki mengangkang hingga kemaluannya yang merah mengkilat dan klitorisnya yang menonjol membuatku lebih bernafsu untuk meniduri tubuh Mbak Ana yang seksi dan mulus itu. Perlahan namun pasti, batang kemaluanku yang basah dan tegak kumasukkan ke dalam liang kewanitaan yang telah menganga menantikan kenikmatan sorgawi. Setelah batang kemaluanku terbenam kami secara bersamaan melenguh kenikmatan, “Aaahh…” dan mulai kugoyangkan perlahan pinggulku maju mundur, bagaikan terbang ke angkasa kenikmatan tiada tara kami reguk bersama. Bibir kamipun mulai saling memagut dan lidah Mbak Ana mulai bermain-main di dinding rongga mulutku, begitu nikmat dan hanggat. Liang senggama Mbak Ana yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan itupun mulai menimbulkan suara yang dapat meningkatkan gairah seks kami berdua. Tubuh kamipun bermandikan keringat. Tiba-tiba terdengar teriakan memanggil Mbak Ana. “Aaaan… Anaaa..” Kami begitu terkejut, bingung dan grogi dengan bergegas kami memungut pakaian yang berserakan di lantai dan memakainya. Tanpa sadar kami salah ambil celana dalam, aku memakai CD Mbak Ana dan Mbak Ana juga memakai CD-ku. Kemudian aku keluar dari pintu belakang dan Mbak Ana membukakan pintu untuk bapak dan ibunya. Keesokan harinya aku baru berniat mengembalikan CD milik Mbak Ana dan mengambil CD-ku yang kemarin tertukar. Aku berjalan melewati lorong sempit diantara rumahku dan rumah Mbak Ana. Kulihat Mbak Ana sedang mencuci pakaian di dekat sumur belakang rumahku. Setelah keadaan aman, aku mendekati Mbak Ana yang asyik mencuci pakaian termasuk CD-ku yang kemarin tertukar. Sambil menghisap rokok sampurna A Mild, “Mbak nih CD-nya yang kemarin tertukar,” sambil duduk di bibir sumur, sekilas kami bertatap muka dan meledaklah tawa kami bersamaan, “Haa.. Haaaa…” mengingat kejadian kemarin yang sangat menggelikan. Setelah tawa kami mereda, aku membuka percakapan, “Mbak kapan main lagi, kan kemarin belum puas.” Dengan senyum yang manis, “Kamu mau lagi Ndik, sekarang juga boleh..” Aku jadi terangsang sewaktu posisi Mbak Ana membungkuk dengan mengenakan daster tidur dan dijinjing hinggga di atas lutut. “Emang ibu Mbak Ana sudah berangkat ke sawah, Mbak,” sambil menempelkan kemaluanku yang mulai mengeras ke pantat Mbak Ana. “Eh…eh jangan disini Ndik, entar diliat orang kan bisa runyam.” Kemudian Mbak Ana mengajakku masuk ke kamar mandi, sesaat kemudian di dalam kamar mandi kami sudah berpelukan dan seperti kesetanan aku langsung menciumi dan menjilati leher Mbak Ana yang putih bersih. “Ohhh nggak sabaran baget sih Ndik,” sambil melenguh Mbak Ana berbisik lirih. “Kan kemaren terganggu Mbak.” Setelah puas mencium leher aku mulai mencium bibir Mbak Ana yang merah merekah, tanganku pun mulai meremas-remas kedua bukit yang mulai merekah dan tangan yang satunya lagi beroperasi di bagian kemaluan Mbak Ana yang masih terbungkus CD yang halus dan tangan Mbak Ana pun mulai menyusup di dalam celanaku, memainkan batang kemaluanku yang mulai tegak dan berdenyut. Sesaat kemudian pakaian kami mulai tercecer di lantai kamar mandi hingga tubuh kami polos tanpa sehelai benangpun. Tubuh Mbak Ana yang begitu seksi dan menggairahkan itu mulai kujilati mulai dari bibir turun ke leher dan berhenti tepat di tengah kedua buah dada yang ranum dengan ukuran yang cukup besar. Kemudian sambil meremas-remas belahan dada yang kiri puting susu yang kecoklatan itu kujilati hingga tegak dan keras. “Uhhh.. ahhh.. terus Ndik,” Mbak Ana melenguh kenikmatan ketika puting susu yang mengeras itu kugigit dan kupelintir menggunakan gigi depanku. “Aaahhh.. enak Mbak..” Mbak Anapun mengocok dan meremas batang kemaluanku hingga berdenyut hebat. Kemudian aku duduk di bibir bak mandi dan Mbak Ana mulai memainkan batang kemaluanku dengan cara mengocoknya. “Ahhh.. uhhhhh..” tangan yang halus itu kemudian meremas buah zakarku dengan lembut dan bibirnya mulai menjilati batang kemaluanku. Terasa nikmat dan hangat ketika lidah Mbak Ana menyentuh lubang kencing dan memasukkan air liurnya ke dalamnya. Setelah puas menjilati, bibir Mbak Ana mulai mengulum hingga batang kemaluanku masuk ke dalam mulutnya. “Aahhh… uuuhhff…” lidah Mbak Ana menjilat kemaluanku di dalam mulutnya, kedua tanganku memegangi rambut yang lembut dan harum yang menambah gairah sekaligus menekan kepala Mbak Ana supaya lebih dalam lagi hingga batang kemaluanku masuk ke mulutnya. “Gantian dong Ndik,” Mbak Ana mengiba memintaku bergantian memberi kenikmatan kepadanya. Kemudian aku memainkan kedua puting susu Mbak Ana, mulutku mulai bergerak ke bawah menuju selakangan yang banyak ditumbuhi bebuluan yang halus dan lebat. Mbak Anapun tanpa dikomando langsung mengangkangkan kedua kakinya hingga kemaluannya yang begitu indah merangsang setiap birahi laki-laki itu kelihatan dan klitorisnya yang kemerahan menonjol keluar, akupun menjilati klitoris yang kemerahan itu hingga berlendir dan membasahi bibir kemaluan Mbak Ana. “Aaahhh… aaahh… terus… enak..” Mbak Ana menggelinjang hebat dengan memegangi kepalaku, kedua tangannya menekan lebih ke dalam lagi. Setelah liang kenikmatan bak Ana mulai basah dengan cairan yang mengkilat dan bercampur dengan air liur, kemudian aku memasukkan kedua jariku ke dalam liang kewanitaan Mbak Ana dan kumainkan maju mundur hingga Mbak Ana menggelinjang hebat dan tidak tahan lagi. “Ndik.. ooohh.. ufff cepetan masukin aja..” Dengan posisi berdiri dan sebelah kaki dinaikkan ke atas bibir bak mandi, Mbak Ana mulai menyuruh memasukkan batang kemaluanku ke liang senggamanya yang sejak tadi menunggu hujaman kemaluanku. Kemudian aku memegang batang kemaluanku dan mulai memasukkan ke liang kewanitaan Mbak Ana. “Aahhh…” kami bersamaan merintih kenikmatan, perlahan kuayunkan pinggulku maju mundur dan Mbak Ana mengikuti dengan memutar-mutar pinggulnya yang mengakibatkan batang kemaluanku seperti disedot dan diremas daging hidup hingga menimbulkan kenikmatan yang tiada tara. Kemudian kuciumi bibir Mbak Ana dan kuremas buah dadanya yang montok hingga Mbak Ana memejamkan matanya menahan kenikmatan. “Ahhh… uhhh…” Mbak Ana melenguh dan berbisik, “Lebih kenceng lagi Ndik.” Kemudian aku lebih mempercepat gerakan pantatku hingga menimbulkan suara becek, “Jreb.. crak.. jreb.. jreb…” suara yang menambah gairah dalam bermain seks hingga kami bermandikan keringat. Setelah bosan dengan posisi seperti itu, Mbak Ana mengubah posisi dengan membungkuk, tangannya berpegangan pada bibir bak mandi kemudian aku memasukkan batang kemaluanku dari belakang. Terasa nikmat sekali ketika batang kemaluanku masuk ke liang senggama Mbak Ana. Terasa lebih sempit dan terganjal pinggul yang empuk. Kemudian tanganku memegangi leher Mbak Ana dan tangan yang lain meremas puting susunya yang bergelantungan. “Uuuhhh… ahhh enak Ndik,” dan aku semakin mempercepat gerakan pantatku. “Uuuhhh.. uuuhhh Ndik, Mbak mau keluar,” akupun merasakan dinding kemaluan Mbak Ana mulai menegang dan berdenyut begitu juga batang kemaluanku mulai berdenyut hebat. “Uuuhhhk.. aahh.. aku juga Mbak..” Kemudian tubuh Mbak Ana mengejang dan mempercepat goyangan pinggulnya lalu sesaat kemudian dia mencapai orgasme, “Aaahh… uuuhh…” Terasa cairan hangat membasahi batang kemaluanku dan suara decakan itupun semakin membecek “Jreeb… crak… jreb..” Akupun tak tahan lagi merasakan segumpalan sesuatu akan keluar dari lubang kencingku. “Aaahhh… ooohhh… Mbak Anaaa…” Terasa tulang-tulangku lepas semua, begitu capek. Akupun tetap berada di atas tubuh sintal Mbak Ana. Kemudian kukecup leher dan mulut Mbak Ana, “Makasih Mbak, Mbak Ana memang hebat..” Mbak Anapun cuma tersenyum manis. thenkzz'zz ^_^

Selamat malam NESYA Part 1

Gue adalah seorang cowok sederhana. Hidup di sebuah kota besar dengan menyandang status mahasiswa. Gue punya 2 teman akrab bernama Sindu dan Herman. Kami bertiga kuliah dalam satu universitas yang sama meski jurusan yang kita ambil berbeda. Di kampus gue, ratusan bahkan ribuan model cewek ada disitu. Mulai dari yang cantik, jelek (sori), kurus, gemuk, montok, kerempeng, ada semua deh. Namun dari sekian banyak mahasiswi di kampus gue, yang paling gue sering perhatiin adalah dua cewek cakep bernama Ida dan Nesya. Gue sering perhatiin mereka karena bagi gue Cuma mereka yang berasa klik di hati. Sebenarnya sih mereka juga bukan anak jurusan yang sama kayak gue, tapi gedung kuliah mereka yang ada di samping gedung kuliah gue membuat mereka sering melintas. Ida, seorang cewek yang kayaknya blasteran arab atau india gitu. Tingginya kalau gue sejajarin ama gue, tinggian dia dikit, mungkin sekitar 173 cm. cukup tinggi untuk ukuran orang Indonesia. Hidung super mancung, warna kulit kayak kajol (artis india) agak coklat. Rambut lumayan bergelombang dengan panjang sebahu lebih dikit. Gemuk sih tidak, tapi dengan tinggi badan segitu membuat onderdil lain juga mengimbangi ukurannya. Gue simpulkan dia cukup proposional karena saat dia pakai kaos ketat, perutnya cukup rata dan tidak ada penumpukan lemak disana. Nesya, wajah Indonesia banget. Tinggi sekitar 160 cm. Hidung mancung (tidak semancung Ida). Warna kulit lebih kuning dari pada Ida, sebangsa warna kulit vokalis geisya dan tidak putih-putih banget, cukup teranglah. Rambut lurus panjang kayak iklan shampoo. Bibir mungil. Badan tidak gemuk menurut gue. Ukuran dada dan bumper belakang (pantat) standar Indonesia (gak gede-gede banget). Tapi ukuran yang serba tidak over itulah yang membuat dia terlihat lebih langsing dan semampai. Lesung pipit menambah keindahan tersendiri pada wajahnya. Gue sebenarnya belum kenal ama dua gadis itu. Gue selama ini hanya mengagumi sebatas mencuri pandang saja. Hingga pada suatu saat, gue sedang tampil di panggung dan kebetulan mereka menonton. Selesai manggung ternyata anak grup gue nge-band duduk istirahatnya deket ama mereka berdua. Jadinya kita pun saling berkenalan ( siapa sih yang gak mau kenalan ama cewek cakep ). Upss.. sedikit terlupa, gue cukup aktif sebagai anggota grup band anak kampus. Di band itu gue pegang alat gitar. Band kami sering ikut tampil pada acara-acara kampus seperti saat ini. Kembali ke proses perkenalan, gue jadi tahu kalau mereka berdua tuh asyik ngobrolnya. Cuma karena suara bising di panggung membuat konsentrasi obrolan sedikit terganggu. Akhirnya perkenalan saat itu hanya berlangsung sebatas membahas para penampil di panggung hingga usai acara dan kami berpisah. Dua hari setelah acara nge-band, gue lagi asyik duduk di taman kampus sambil minum 1 plastik jumbo jus semangka, berasa seger banget tenggorokan gue di siang yang panas itu. Jam kuliah kosong, jadinya gue Cuma nongkrong aja di kursi taman sambil main game di HP. “Hai..Bang..” terdengar suara cewek menegur gue. Karena sibuk menatap layar HP sampai-sampai gue ga sadar kalau ada dua cewek melintas dan berdiri tepat ½ meter dari tempat gue duduk. Gue angkat kepala agak tengadah, dari kaki terus ke atas gue sapu tubuh mereka dengan pandangan. Sesaat pandangan gue berhenti di gundukan cukup besar dada dari salah satu cewek itu, reflex gue menelan ludah namun tiba-tiba gue disadarkan oleh tepukan tangan salah satu dari mereka di pundak gue. “ hei..kok malah bengong gitu”. Kontan kue langsung pura-pura lihat pemandangan alam sekitar, malu gue ketahuan lagi melototin dada orang dari dekat. Mereka yang dating adalah Ida dan Nesya yang kenalan ama gue dua hari yang lalu. Grogi juga gue man. Disamperin 2 cewek, gue lagi sendiri. Gue belum pernah pacaran man. Sekali pernah nembak cewek ditolak, sampai sekarang jadinya gue takut plus minder buat ndeketin cewek lagi. Makanya saat didatengin cewek seperti mereka, gue cukup nervous gitu. Seorang pria dewasa tanpa pengalaman. “Sendiri bang…mana teman-teman band nya?” si Nesya bertanya ke gue begitu. Dasar gue si minder, gue cuman bisa jawab “eh..anu …si anang lagi ada kul kul kuliah, kalau yang lain ga tau kemana”. Kayak orang gagap man. Namanya grogi mo gimana lagi. Apalagi sambil memandang 4 paha di tutup celana jeans ketat lagi berdiri depan wajah gue. Salah tingkah. “Boleh ikut duduk ?” Ida bertanya sambil langsung menarik tangan nesya untuk duduk di kursi panjang depan gue tanpa menunggu gue persilahkan. Mau gak mau gue persilahkan mereka duduk. Siang itu Ida memakai celana jeans biru tua ketat dipadu dengan Kemeja lengan panjang dari bahan satin sehingga cukup menyuguhkan pemandangan seksi di bagian dada dan pantat dia yang mantap. Nesya memakai celana jeans ketat juga warna coklat muda ( kali ini baru gue tahu, lumayan bahenol juga ternyata pantatnya meski tidak se tembem Ida ), kaos Ketat warna senada yang dikenakan nesya dengan gambar mickey mouse di dada cukup membuat mister P gue senut-senut. Hanya sebatas senut-senut, selebihnya gue udah menundukkan muka karena minder berhadapan wajah dengan mereka. Ida cukup pandai menguasai keadaan sehingga tak perlu menunggu waktu yang lama untuk mencairkan suasana yang sebelumnya kaku. "din, mau gak temenin kita-kita nonton konser GIGI nanti malam? rada takut nih kita kalau gak ada cowok yang jagain " kata Ida. Dan karena memang tidak ada kegiatan nanti malam akhirnya gue iyakan aja ajakan itu. 19.05 gue sampai di parkir gedung pertunjukan. Langsung menuju parkir kiri gedung karena disanalah kita janji ketemuan. Dari jauh mulai terlihat body semampai Nesya di samping Pos Parkir. "hai Sya... lama nungguin?, mana Ida ?" gue tanyain dia begitu gue sampai di hadapannya. " baru 10 menit kok, sori ini ida SMS katanya lagi anter mama nya kondangan, dia gak bisa ikut kesini" jawab Nesya. "trus ini mau kita jadi nonton atau cancel aja" gue balik tanya. "langsung aja din, gue ngefans banget sama arman maulana" begitu dia menjawab. Akhirnya gue persilahkan dia jalan duluan di depan. Sebagai seorang cowok sejati harus dong jagain wanita di belakang. Namun pikiran gue sekilas jadi blank ketika dari belakang gue lihat celana jeans putih Nesya yang padat dan samar-samar terlihat garis CD nya membekas di pantatnya. Belum lagi saat gue lihat baju atasnya yang terbuat dari kaos ketat warna pink, bentuk tubuhnya begitu memabukkan gue. Hiasan bando putih di rambut dipadu senyum lesung pipitnya, duh gue jadi seerr gitu. Gue sadar sejak tadi siang Nesya selalu curi pandang kearah gue, apakah ini benih cinta ???. Antrian loket cukup panjang, sekitar 15 orang didepan kita berbaris. Langsung saja kita ambil posisi antrian berbaris karena takut didahuluin orang. Tapi karena terlalu cepatnya gerakan kami berbaris, tanpa sengaja tonjolan celana gue menggesek pantat Nesya yang berdiri di depan gue. Reflek kita saling berpandangan disusul senyum manis Nesya tanpa arti. Jam 19.40 an kita sudah pegang tiket dan segera masuk gedung pertunjukan. Hingar bingar suara band pendukung penuhi seisi ruangan. Selang 15 Menit kemudian GIGI beranjak keatas panggung. Hampir serentak para pengunjung beringsut mendekati panggung. Keadaan saling berdesakan pun tak dapat dihindari. Spontan gue suruh Nesya jalan didepan gue demi melindungi dia dari gelombang penonton yang mulai berjoget mengikuti alunan lagu "terbang" yang pertama dinyanyikan sang vokalis arman maulana. Semakin padatnya pengunjung membuat keadaan saling tekan dan dorong dari belakang. Tanpa dikomando gue langsung peluk Nesya dari belakang karena tangan-tangan jahil pengunjung mulai merajalela. Terjadilah lagi pergesekan antara benda gue dengan pantat ketat Nesya, tak itu saja, pelukan tangan gue juga menekan payudara nesya. Nesya tengadahkan kepalanya melihat wajah gue sekan respon dari himpitan gue ke badannya. Tak ada alasan untuk menolak gerakan itu karena kondisi ruangan gedung demikian padat. Dan seakan pasrah, Nesya rebahkan punggung dia ke dada gue seperti meminta perlindungan. Lambat laun gesekan yang sebelumnya hanya kebetulan menjadi lebih bertambah frekwensinya. Tak ayal burung gue berlahan membesar karena menerima rangsang. Degup jantung gue juga semakin keras dan cepat seakan mengiringi dentuman suara drum yang sedang dimainkan di panggung itu. Ini sungguh meresahkan gue, baru sekali ini jalan sama cewek, pelukan lagi, panas dingin rasanya badan gue. Tak terasa bergetar juga tangan gue di dada Nesya karena grogi. Nesya merasakan itu dan kembali tengadahkan kepala memandang gue. " Kok gemetar din, kamu belum makan ya?" tanya Nesya. "oh gak papa, cuman gerah aja" elak gue. Lagu-lagu hits GIGI silih berganti dilantunkan. Karena panasnya udara pengap akhirnya kami memilih mundur kedinding belakang. Menghindari kerumunan di depan panggung. Saat itu mulai dinyanyikan lagu "andai", sontak suasana menjadi lebih tenang, lagu slow itupun mengalun merdu diiringi suara penonton yang mengikuti liriknya. Tanpa gue sadari pelukan gue semakin erat ketubuh Nesya seakan mengalirkan nuansa romantis lagu yang dinyanyikan. Sayup gue dengar bukan alunan lagu yang keluar dari mulut Nesya tapi lebih menyerupai rintihan atau desahan pelan. Gue lirik dia juga terlihat sayu. Usai lagu tersebut gue tawarkan Nesya untuk pulang. " Sya, pulang yuk, kayaknya kamu capek gitu" kata gue. " Iya deh din, pulang aja yuk, capek berdiri" dia menjawab. 5 Menit kemudian Nesya sudah duduk di Jok Mobil tua gue. Ya memang gue selalu bawa mobil, tapi ini bukan mobil mewah, hanya sejenis katana keluaran tahun 80 an. Itupun dulu juga gue beli dari hasil menjual motor gue. "Sya, mau langsung pulang atau jalan dulu nih" gue menawarkan. "Pulang aja deh, takut kos gue dikunci kalau kemaleman pulang" kata dia menjawab. Segera meluncur mobil gue menuju kos Nesya. 30 menit sudah sampai depan gerbang pagar kos Nesya. Dan benar saja, pagar telah terkunci. Nesya melihat jam tangan, memang sudah jam 23.30 pasti dikirain yang di dalem udah pada di kamar, jadinya dikunci. "emang gak bawa kunci duplikat Sya?" gue bertanya. " biasanya gue punya, kemarin dipinjem kamar sebelah tapi lupa belum dibalikin ke gue, aduh gimana ini ..." Nesya mulai resah. Kita muter-muter aja dulu yuk sambil berpikir cari solusi. Gue lihat kalau Nesya resah gitu malah terlihat cantik wajahnya, ada kesan manja di wajah itu. tttengg... naik lagi deh burung gue setengah tiang gara-gara memandang Nesya. Akhirnya kita muter-muter di jalanan. Sempat mampir di pinggir jalan makan mie goreng jawa karena perut mulai koroncongan. Gak terasa bensin mulai menipis dan... dukkkkkk... sebuah mobil menabrak gue dari belakang. Untung kita lagi pelan jadinya tidak terjadi luka-luka. Gue langsung menepi kepinggir dan turun, saat itu pula si penabrak melarikan diri. Dalam hati gue mengumpat habis-habisan. Bumper belakang mobil copot sebelah sehingga terlihat melorot kebawah hampir menyentuh aspal. Mau tidak mau gue harus pulangin mobil ke kosan, kali aja ada motor Sindu atau Herman lagi naggur bisa gue pinjam buat anterin Nesya. Nesya pun tak keberatan. Sampai di kos gue sepi banget. Motor-motor juga gak ada semua. Gue baca selembar kertas dimeja, ternyata itu pesan dari sindu bahwa dia dan Herman pulang kampung dan baru kembali 2 hari lagi. Lemeslah gue kala itu. gue ajakin Nesya ke kamar gue sambil mikirin jalan keluar buat Nesya. " din, kalau gue tidur sini boleh?" Nesya spontan bertanya. Gue yang seumur-umur belum pernah deket sama cewek langsung tegang. Berbagai pikiran berkecamuk di kepala gue. Antara grogi dan perasaan syahwat sisa dari gesekan burung tadi akhirnya gue iyakan permintaan Nesya. Gue baru inget kalau hari-hari begini biasanya penghuni kos pada mudik karena kuliah besok libur. Seperti kecapekan banget Nesya langsung rebahan di kasur gue sambil kakinya masih terjuntai kelantai. Gue memilih duduk di kursi sambil meyulut sebatang rokok. Gue pandangin Tubuh cewek yang sekarang sedang telentang di depan gue, di kasur gue. Ada keindahan disana, wajah yang damai, wajah yang cantik. Pandangan gue mulai diracuni lirikan penasaran dan kagum pada tojolan di dada Nesya, leher yang jenjang. "Sungguh sempurna kau Nesya" tak terasa gue bergumam. Tiba-tiba Nesya terbangun mendengar gue menggumam. Gue reflek jadi kebingungan. Aduh mati gue, ngapain sih gue pakai acara menggumam segala. Sambil bertelekan kedua tangan di bawah kepala, Nesya berkata " ada apa din ?" Gue jadi serba salah sambil garuk-garuk kepala gue bilang "enggak....nyamuknya banyak". Hingga Jam 1 dini hari kita tak bisa tidur. Ngobrol kesana kemari dan gue pun tahu ternyata Nesya punya cowok di kotanya. Sontak gue jadi lemes tanpa tenaga. Gue merasa cinta juga belum, tapi mendengar Nesya punya pacar kok kenapa gue jadi gundah begini ya... Gubraakkkk......gubrakkk...meooongg... tiba-tiba suara kucing diatap rumah mengagetkan kami. Nesya spontan langsung berlari kearah gue dan berteriak histeris. Rupanya dia salah satu grup penakut kucing. Nesya duduk di sandaran tangan kursi gue sambil memeluk kepala gue. Otomatis hidung dan mulut gue ditekan oleh payudara Nesya. Rasa empuk-empuk kenyal memenuhi perasaan dan otak gue. Lambat laun hembusan nafas gue di sela-sela dadanya menyadarkan Nesya. Gue pun jadi gak enak sendiri. Segera gue berusaha menarik kepala hue dari pelukan Nesya. Tapi Nesya malah menahan tarikan gue. "gue masih takut din..." kata dia. Semenit dua menit gue turutin dia. Menginjak menit ke 6 gue mulai hilang konsentrasi karena dibakar nafsu yang tinggi akibat tekanan payudara yang berkepanjangan. Pelan-pelan gue emut-emut bukit kembar Nesya dari luar kaosnya. Nesya diam saja. Semakin beranilah gue mengeksploitasi daerah dada itu. Gue emut dan gigit dengan semangat 45. Tak disangga, ternyata Nesya malah merintih pelan, sama persis dengan kejadian tadi di gedung. Gue lihat dia pejamkan mata seakan menghayati setiap gigitan gue. Semakin panas serasa ruangan kamar gue yang cuma berukuran 4x4 meter. Entah menit keberapa tiba-tiba Nesya bangun dan memegang pipi gue, dia sergap bibir gue dan dilumatnya. Mendapat serangan mendadak gue langsung gelagapan, dan lagi level pengalaman berciuman gue hanya sebatas teori dari teman-teman. Lambat namun pasti gue mulai bisa menyesuaikan keadaan. Bersamaan dengan itu gue remas dada Nesya dengan gemas...tapi...tiba-tiba Nesya menarik wajahnya dan mejauh dan berdiri. "sori...din,gue gak bisa .." dia berusaha menolak remasan gue... Duh kenapa dengan Nesya... Gue jadi terbengong-bengong atas tingkah polah Nesya yang mendadak mundur saat aku mulai menjamah payudaranya. Gue bener-bener buntu saat itu, isi otak gue berasa begitu penuh dan tak bisa mengambil solusi apa-apa atas kejadian yang begitu mendadak itu. "Ada apa Nesya?, kamu marah sama gue?" gue tanyain dia. "Tidak din... kamu udah baik sama gue, tapi..." Nsya tak melanjutkan kata-katanya. "tapi apa Sya..???" gue penasaran banget saat itu. " Maaf din... gue ga bisa khianatin pacar gue" Jawan Nesya terbata-bata. Duuuerrr...Bagai tersambar petir rasanya gue saat itu. Ya memanglah lebih spesial pacar dari pada gue yang bukan pacar tentunya. Apa mau dikata, sedih sekali rasanya menjadi lelaki yang tak dianggap. Tapi, salah lihatkah gue tadi siang saat Nesya curi-curi pandang ke arah gue? salah sangka kah kesimpulanku tentang benih cinta yang kurasa ini ? Pusing dan berat rasa kepala ini. Gedubrakkkk......meooooong....terdengar suara mengagetkan lagi, dan itu berasal dari balik jendela tepat di belakang Nesya yang sedang berdiri mematung. Tanpa menunggu suara susulan Nesya langsung menghambur ke arah gue, teriakan histerisnya kali ini lebih kencang. Dia yang notabene adalah pasukan paranoid kucing benar-benar terlihat ketakutan. Menggigil gue lihat badan nesya yang sedang takut. Peristiwa berpelukanpun terjadi lagi. Kali ini Nesya langsung memeluk dari arah depan dengan begitu erat. Payudara kenyal terasa mendesak di dada gue. Nesya menghentak-hentakkan kaki karena takut, tapi tanpa dia sadari hentakan kaki itu kini membuat Payudaya kenyal tergoyang-goyang menggesek dada gue. Seeerrrr...tongkol yang tadinya sempat menciut kini kembali tegak menjulang, berasa sesak sekali di celana gue. Gue elus rambut di kepalanya untuk membantu menghilangkan ketakutan itu. Sesaat kemudian dia terlihat lebih tenang, hembusan nafasnya kembali teratur. Namun belum juga dia lepaskan pelukan itu. Belaian gue semakin menjalan turun hingga jelajahi tengkuknya. Tiba-tiba Nesya menggeliat sambil menggoyang kepalanya, bulu kudunya meremang. Gue masih belum paham akan gerakan dia, namun hembusan nafas gue yang terarah ketengkuknya juga memicu remasan erat tangan dia di punggung gue. Gue jadi tersadar, dia merasa geli saat gue belai tengkuknya. Tanpa pikir panjang semakin gue elus dan tiup tengkuk Nesya, semakin lama semakin bertambang dengan menegangnya jejakan kaki dia yang menghimpit kaki gue. Dengan lembut gue jilat tengkuk Nesya dan gue tambah dengan gigitan-gigitan halus. Gue sih belum pernah melakukan ini, tapi secara naluri gue meras enjoy saat melumat leher belakang itu. Semakin lama semakin gue serang daerah rawan dia tersebut. Semakiin menggila pula gerakan Nesya menerima rangsangan itu. Sekarang bukan hanya rintihan kecil yang gue dengar dari mulutnya melainkan desahan parau. Sengaja gue mencoba mengangkat tangan gue dari sana, namun suara Nesya terdengar menggumam seperti tak rela gue berhenti. Merasa mendapat lampu hijau, gue tancap gas telusupkan tangan kiri gue yang masih bebas ke balik kaos di punggungnya, gue raba punggungnya dengan lembut. lalu sedikit menepi gue sengaja senggol pinggiran toketawati di yang masih tertahan Bra. Respon positif pun semakin timbul akibat kegiatan gerilya gue itu. Sekarang gue mulai berani menarik lepas tali bra Nesya, seketika langsung kendor lah ikatan bra yang menghalangi aksi gue. Dengan gerakan cepat gue masukin kedua tangan gue melalui kaos dipunggungnya. Gue gosok punggungnya sambil gue tempelin dua jari jempol guue di tepi toketawatinya. Dengan gerakan memutar, segera beralih posisi tangan gue masuk ke daerah payudaranya dan langsung gue pilin puting Nesya. Dia langsung melotot kaget menerima gerakan itu dan mendesah keras. "aaaaaaaaahhhhh din...." Tanpa menunggu nafsu Nesya mereda segera gue gosok dan remas toketawatinya beserta putingnya. Nesya menggelinjang tak karuan. " ahhh ahh ahhh din... merinding tapi enak.. baru pertama di pegang cowok din... ennakkk ahhh" Nesya mendesah. " iyahh Nesya...nikmati aja ya...gue cuma ingin nyenangin kamu..." gue jawab. Gue tarik tangan kiri gue dari payudara montoknya. Sebagai ganti gue masukin tangan gue itu ke bongkahan pantatnya melalui tepi belakang celana jeans yang Nesya pakai. Mata Nesya terlihat demikian sayu hingga mirip seperti hendak terpejam. Nesya begitu menghayati belaian ini. Gue remas gemas pantatnya yang padat langsung dibwah CDnya. Semakin ke dalam gue belai lubang anusnya dengan lembut dan gue pijit-pijit daerah anus itu (gue gak tahu mau diapain tuh anus, jadi gue pijit aja), dari pijitan semakin dalam gerakan menjalar gue menuju tepian vegi nya. Begitu mengenai labia mayoranya dan sedikit terpeleset di Vegi yang basah si Nesya langsung mendongak dan mengerang tak jelas. " ahhhrrggghhhh......." Setelah itu dia sambar mulut gue dan di sedotnya lidah gue dengan keras. Gue balas sedotan itu hingga akhirnya terjadi peperangan lidah dan empotan mulut melawan mulut dengan membabi-buta. Semakin gue gesek dan korek daerah basah Vegi Nesya. Sesat menemukan tonjolan seperti kutil, gue gosok aja kutil itu dengan cepat. Nesya berteriak di sela ciuman mult. " awwwhhh mmlmmmm...ahh ..waa.hhhaa.." Gue seperti menemukan mainan baru semakin menggilaa gue gosok kutil itu dengan kecepatan super. Nesya mengejang dan dia jepit tangan gue yang di Vegi dengan kuat. Dia gigit lidah gue...gue jadi gelagapan...belum pernah gue rasain ini...Sepertinya Nesya merasakan nikmat puncak dari gesekan gue itu. Sekian detik kemudiian jepitan kaki Nesya di tangan gue melemah. Gue lihat sinar mata penuh kenikmatan di mata Nesya. Nesya berdiri dari posisi pelukan. Tapi kali ini dia tak mundur. Dengan sayu dia berkata "din...sungguh ini begitu nikmat...gue melayang din..lanjutin ya din" Dalam hati gue bersorak senang. gue lihat rona wajah nesya begitu ayu dalam balutan gerak bibir yang begitu seksi. Gue jatuh cintaaaa.. Gue mendekat ke tubuh cantik itu, gue pegang kedua pipinya, gue berbisik " Kamu cantik Sya, maukah jadi pacarku" Namun Nesya menjawab, "Sudah din...kita nikmati aja ya, gue masih ada yang punya" Kebencian serasa merasuki relung hati. Tapi sekali lagi wajah Nesya begitu lembut dan damai sehingga lagi-lagi gue terhanyut dan lupa pada derita hati gue... Gue segera mengangkat kaosnya ketas, dia membantu meloloskan dengan mengangkat tangannya. Dia sendiri juga yang melepas bra yang sudah gue kendorin talinya tadi. Gue terbelalak takjub. Indah beneerrrr.. bukit bersih putih menantang dengan puting semu merah jingga...luar biasa. Tanpa meremas gue julurkan lidah gue dan gue putar-putar lidah di selingkaran putingnya. "aaawww din geliii" Nesya mendesah manja. gue jadi gemes abiss.. Semakin gue mainkan liidah gue di puting itu bergantian dengan dada satunya hingga keduanya menegang. Sambil lidah bekerja, tangan gue juga bekerja menurunkan celana jeans berikut CDnya bersamaan, Nesya membantu dengan tangannya. Sekarang gue lihat bidadari turun dari kahyangan... bugil poolos seksi... pahanya padat, Veginya tembem ngegemesin deh... Tiba-tiba Nesya mendorongku hingga terjengkal di kasur gue. Dia lucuti semua pakai gue tanpa tersisa. Gue bantuin dia agar cepat selesai (hehe). Begitu melihat kontil gue Nesya memekik tertahan sambil menutup mulut. " Ihhh ini barang kamu din...se gede ini ? baru kali ini gue lihat kecuali di film BF " dia berkata. Sebenarnya Gedenya kontil gue hanya kekagetan Nesya saja. Ukuran kontil gue standart seperti masyarakat indonesia pada umumnya. Namun karena Nesya baru kali ini melihat barang secara Live jadinya dia cukup kaget. namun lambat laun dia mulai terbiaasa dan sekarang sudah mulai menggenggam batang gue dan menggosokkan jempolnya di helm gue..sreeengg...berdesir aliran darah di dalam kontil gue. Agresif sekali nesya bila sudah terangsang. Tanpa menunggu, gue langsung putar posisi menjadi 69 dan gue langsung sikat abis Veginya pakai mulut. Lagi-lagi ini juga naluri gue yang bekerja. Nesya juga langsung menjilat helm gue. Gue berasa melayang dibuatnya. Bagian Helm itu dia emut dan jilat dengan gemas. Gue juga sama, melumat habis setiap lekuk Veginya. "aahhwwh aweehh shhsssttt " nesya mendesah tak jelas. Semakin lama semakin keras dan... "aaahhwwwwwwwwwwhhh...dinn ahhh" Nesya menjerit dan menjepit kepala gue. Dia merasakan lagi puncak kenikmatan. Setelah itu gue tarik kontil gue dan gue kocok dengan cepat diatas payudara montoknya. dan puncak gue itupun akhirnya datang " arrrggghhhhhh Nesyaaaaa....aaahh' Gue melepas kenikmatan dengan puas. Spermi menetes membasahi payudara Nesya. Gue ambil kain Slayer dan gue lap hingga kering. Sesaat Nafsu mereda drastis. Kamipun berpelukan di kasur. lama kelamaan Nesya tertidur, sempat gue melirik jam di HP gue, Jam 03.20 pagi ....kemudian gue pun juga terlelap. Energi kami terkuras sejak jam 7 malam tadi... Bersambung dulu ya, udah ga konek lagi nii otak gw, ^_^ wkwk

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More