Blogger templates

Sunday, July 24, 2011

Tegganya Diriku


Namaku Rendy. Masalah rumah tangga memang sangat rumit untuk dijelaskan. Sudah semenjak aku SD, kedua orang tuaku bercerai. Dan ibuku nikah lagi dengan seorang pria duda. Dia punya 3 anak cewek. Jadinya aku punya saudara tiri 3 orang. Akupun mulai tidur dalam satu kamar dengan kakak tiriku yang umurnya lebih dari 1 tahun dari aku. Aku saat itu sama sekali tak faham masalah sex. Namun hal itu berubah setelah aku mulai mengenal dari temen-temenku yang punya novel-novel 17+.

Awalnya aku tak punya perasaan ama kakak tiriku ini. Tapi melihat perlakuan ibuku kepadanya aku jadi kasihan melihatnya. Dan tanpa terasa perasaan cinta itupun akhirnya tumbuh. Aku sering membantu dia dalam segala urusan agar tidak kena marah ibuku. Sebab tahulah bagaimana anak tiri. Kami masih bermain bersama, dan terkadang saling membantu.

"Mbak Afif udah punya pacar?", tanyaku.

"Masih SMP koq ngobrolin pacar", jawabnya.

"Berarti belum punyakan?",tanyaku.

"Iya".

"Kalau mbak jadi pacarku gimana?"

"EH? Ada-ada saja kau, akukan kakakmu".

"Akukan juga yang selalu melindungi mbak, aku cinta sama mbak, Aku kasihan melihat mbak diperlakukan seperti itu ama ibu"

Mbak Afif nggak menjawab.

Aku pun tak habis pikir, apakah mbak Afif marah terhadapku atau tidak. Hingga kemudian di saat tidur (kami masih sekamar) aku ingin menunjukkan rasa sayangku. Aku pertama kali memanggilnya. "Mbak? sudah tidur?"

Ia tak menjawab, berarti ia sudah tidur.Aku tertuju ama celana pendeknya yang menantang. Entah kenapa aku sangat terangsang sekali. Aku saat itu baru saja khitan. Jadinya terasa sekali geli ketika penisku konak. Aku coba cium pahanya, ia tak bergeming, hingga kemudian aku menciumi seluruh tubuhnya bagian belakang.Akupun memeluknya dari belakang sambil sesekali meremas payudaranya. Aku tak bisa melihat ekspresinya karena ia tidur membelakangiku.

Paginya aku bangun sendirian di atas tempat tidur. Celaka, berarti mbak Afif sudah bangun!! Aku segera bangun dan melihat keadaan. Ibuku dan Ayahku sudah pergi bekerja, sebab mereka memang harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami. Dan saat itulah aku secara tak sengaja berpapasan dengan mbak Afif yang berdiri di luar kamar. Ia bersandar di dinding dan menatapku.

"Dek Rendy, kenapa adek cinta kepada mbak?", tanyanya.

"Aku cinta banget sama mbak, aku tak ingin mbak berpisah denganku", jawabku.

"Dek Rendy terlalu baik ama mbak", tampak air mata membasahi pipinya.

Aku mendekat ke arahnya dan kuberanikan diri untuk mengusap air matanya. Entah momen romantis itu kudapat dari mana, tapi tak terasa mbak Afif jatuh dalam pelukanku. Mungkin karena mbak Afif sendiri tak punya tempat untuk berteduh di keluarga baru ini. Kedua kakaknya sudah pergi sendiri-sendiri, yang satu kuliah, yang satu lagi sudah berkeluarga. Dan di rumah ini tak ada yang bisa mengayomi dia selain diriku.

Entah siapa yang memulai kami yang masih berusia 15 tahun ini mulai berciuman. Bibirnya sangat seksi, dan entah siapa yang memulai aku mulai berani meremas payudaranya.

"Ke kamar yuk dek!", ajaknya.

Kami pun ke kamar. Padahal hari itu harusnya kami sekolah. Tapi kami malah bercumbu di kamar. Awalnya kami hanya berciuman dan bercumbu. Akupun ingat dengan adegan video porno yang pernah aku tonton. Video pornonya adalah video porno jepang. Rasanya ingin kupraktekkan, mumpung ada lawan mainnya.

"Mbak, tahu nggak mbak", tanyaku.

"Apa Ren?"

"Seluruh tubuhku ini sekarang menjadi milik mbak, mbak ingin apapun dariku aku bisa berikan?"

"Gombal", katanya. "Udahan yuk, masa' kita nggak masuk sekolah hari ini? Ntar ayah ibu curiga lho".

Aku menciumnya lagi. "Aku sungguh-sungguh".

Mbak Afif, diam agak lama, "Aku belum pernah melakukannya Ren".

"Sama mbak, tapi aku tahu caranya".

Akupun perlahan-lahan melepaskan baju kakak tiriku. Dan kakak tiriku pun melepaskan bajuku, hingga pada CD-nya ia agak kikuk. Aku melepaskan BH-nya, tampak dua buah dada yang padat dan montok terlihat di depanku. Putingnya berwarna pink, dan kulitnya berwarna putih. Belum pernah terjamah. Karena mbak Afif malu untuk melepas CDku akpun melepasnya sendiri. Dan ia agak kaget melihat penisku yang sudah berdiri tegang. Akupun merebahkannya di atas ranjang. Kuturunkan pelan-pelan CD-nya, ia hanya melihat seluruh aksiku saja. Maklum ia baru pertama melakukannya.

"Coba mbak pegang punyaku!", pintaku sambil kujulurkan penisku kehadapannya.

Ia memegangnya. OOhh......enak banget. "Dikocok mbak!", pintaku. Ia pun mengocoknya pelan. Enak banget dikocok oleh tangan cewek yang masih perawan. Akupun tak tinggal diam meraba memiawnya. Kuelus, kupijat dan kugesek-gesek. Kulihat mbak Afif juga merem melek. "Sudah mbak cukup, ntar malah aku yang keluar duluan".

Akhirnya ia melepaskan remasannya. Kalau diteruskan aku bisa-bisa sudah orgasme duluan. Aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.

Lalu aku meremas dadanya, kuhisap, kujilat. Mbak Afif mendesah pelan. Ia benar-benar menikmatinya. Gantian aku permainkan puting susunya, kiri kanan-kiri kanan. Lalu aku menuju ke bawah, pusarnya kujilati, dan akhirnya sampai di bulu-bulu tipis. Kucium aroma khas wanita. Lalu lidahku bermain disana.

"Aahkkk.....Ren....akh...geli",kata mbak Afif. Ia mencengkram kepalaku sambil pahanya mengapit kepalaku. Ia tak kuasa dan berteriak, "REENN....AAKKHH..., sudah ren plisss". Tapi aku masih terus dan terus. Dari vaginanya pun mulai basah oleh lendir kewanitaan. Hingga kemudian akupun menyudahinya. Nafasnya memburu dan tersengal-sengal.

"Enak mbak?", tanyaku.

"Iya ren, enak banget", jawabnya.

"Gantian mbak, sekarang punyaku yang mbak isep", kataku.

Mbak Afif menurut, Aku berlutut dan ia duduk. Di isapnya punyaku. Maklum ia belum pro, jadi langsung dimasukan ke mulutnya dan disedot.

"Jangan gitu mbak", kataku.

"Gimana Ren? Punyamu baunya aneh", jawabnya.

"Punyamu juga, dijilati dong, dikasih ludah, trus ujungnya dikulum seperti permen trus dikocok pake mulut", kataku.

Ia pun mengiyakan. Dilakukannya apa yang kuinstruksikan. Dan akhirnya, ia pun melakukannya. Dijilatinya ujungku sampai telurnya. Diludahinya punyaku lalu dikulum ujungnya dan diisap. Sambil itu ia kocok dengan mulutnya dan sesekali dengan tangannya ia mengocok sambil menghisap. Aku tak kuasa menahan ini. Ingin rasanya aku meledak di mulutnya, tapi aku tahan sebisanya.


"Udah mbak, udah cukup", kataku.

"Punyamu mengeluarkan sesuatu Ren, asin rasanya. Kamu pipis ya?", tanyanya.

"Nggak mbak, maklum itu tadi sedikit mani keluar. Habis mbak jago sih", jawabku.

ia tersenyum, "Aku rela koq Ren kalau seandainya kamu pipis di mulut mbak".

Perkataannya itu membuatku terangsang. Dan aku pun sudah berada di atasnya sekarang. Kami dalam posisi standar.

"OK, mbak, ini agak sakit, aku juga belum pernah melakukannya", kataku.

"Lakukan aja Ren, mbak ikhlas koq", katanya.

Punya mbak Afif sudah basah, punyaku juga basah. Dan saat itulah aku memasukkannya, sreett.....ughh...ujungnya aja seret. Lagi, sreettt...., tampak mbak Afif menahan sakit dengan mencengkram pundakku. Aku mencoba memompa maju mundur agar lebih mudah, dan penisku seperti diremas-remas dengan kuat, Akupun akhirnya bisa masuk semua ....blesss. Masuk semua rasanya lebih enak. Dan penisku masih seperti diremas-remas. Kali ini remasannya lebih kuat dari sebelumnya.

Akupun menggoyang maju mundur. Mbak Afif diam saja menerima seranganku. Nikmat banget, baru kali ini aku bercinta, dan ini dengan saudara tiriku sendiri. Aku terus menerus menghujam penisku , dan tak terasa mbak Afif pun menikmatinya, aku bisa merasakan pantatnya di sodokkan ke depan dan cengkramannya makin kuat. Aku tak tahan lagi nih.

"Mbak, aku ...ma...u...ke...luar...., sudah mentok di ujung", kataku.

"Ren..., mbak juga rasanya mau pipis....", katanya.

"Disemprotin di mana nih mbak?", tanyaku.

"Di dalem aja Ren, mbak ikhlas punya anak darimu", katanya.

"Makasih mbak...ooooohhh......", akupun menyemprot di dalam rahimnya. Banyak sekali, punyaku sampai berkedut-kedut. Akupun menindih kakakku. Dada kami bertemu dan kutatap wajahnya. Tampak air mata membasahi pipinya.

"Kenapa mbak?", tanyaku.

"Nggak apa-apa Ren. Rendy benar-benar cinta sama mbak kan?", tanyanya.

"Iya mbak, kalau mbak mau Rendy akan balas dendam ke mama", jawabku.

"Balas dendam?", tanyanya heran.

"Iya, atas perbuatan mama ke mbak", entah apa yang aku pikirkan kala itu. Kami pun tak lama tertidur. Aku memeluk mbak Afif dalam tidurku.

Jam menunjukkan pukul 12 siang ketika aku bangun. Mbak Afif masih dalam pelukanku. Nikmat sekali percintaan kami barusan. Aku membangunkan mbak Afif.

"Mbak udah jam 12 nih", kataku.

Ia bangun dan tersentak. "Wah, iya, mbak belum nyiapin makanan buat nanti sore". Ia mau meninggalkan ranjang, tapi aku menahannya.

"Ada apa Ren?", tanyanya.

"Hisepin dulu mbak", kataku sambil memperlihatkan punyaku yang tegang setelah bangun tidur.

"Ah adik mbak ini, kalau sudah ada kesempatan, pinginnya", katanya sambil tersenyum.

Aku berdiri dan mbak Afif berlutut, Ia menghisapi penisku, mengulumnya, mengocoknya. Aku hanya mendesah, Ia lakukan sangat profesional, mungkin setelah pengalaman tadi ia sedikit ahli, walaupun ia sedikit kasar ketika mengocoknya dnegan tangan. Kurasakan giginya sedikit mengenai penisku yang membuatku makin greng.

"Sedikit lagi mbak, mau nyampe", kataku sambil memegang kepalanya. Dan memang tak berapa lama kemudian, Muncratlah mani itu di mulut kakakku. Mbak Afif menghentikan aktifitasnya. Ia hanya mengocok punyaku dan ia berdiri. Punyaku tampak sedikit menetes air mani sisa-sisanya. Ia ludahkan spermaku ke tangannya.

"Nih, spermamu Ren, hangat kental, amis dan asin", katanya. "Mbak mau muntah rasanya, tapi demi Rendy, mbak rela koq melakukannya"

Akupun memeluk mbak Afif. Akupun sudah mulai punya rencana untuk balas dendam ke ibuku yang jahat. Sudah lama aku menyimpan hubunganku dengan kakak tiriku. Mbak Afif sangat menikmati setiap permainan seks yang kami lakukan. Kami melakukannya tanpa sepengetahuan ibuku. Tujuanku sebenarnya adalah untuk menghukum ibu yang sudah berbuat tidak adil terhadap mbak Afif. Dan kesempatan itupun tiba.

Aku saat ini sudah SMA. Dan mbak Afif juga badannya makin dewasa. Dadanya makin montok dan tubuhnya makin seksi. Yang aku heran adalah aku selalu menyemprotkan maniku ke dalam rahimnya, tapi sampai sekarang ia tak hamil-hamil, padahal aku berharap ia hamil, dan dari hasil hubunganku itu bisa menyelamatkan mbak Afif dari deritanya, tapi ternyata tidak begitu. Aku berhubungan dengan mbak Afif tidak setiap hari, sebab kami masih sekolah dan ada orang tua kami di rumah. Aku melakukan kalau sempat aja, tapi setiap permainan kami makin hot.

Hari itu adalah aku masih di kelas 1 SMA. Pulang dari sekolah, aku hanya mendapati mbak Afif yang ternyata juga baru saja pulang. Aku langsung masuk ke kamarnya, kamar kami sekarang sudah terpisah, tapi aku masih sering main ke kamarnya, dan dia juga ke kamarku. Aku langsung peluk dia dari belakang.

"Mbak, Rendy kangen nih", kataku. Ia menoleh sambil tersenyum.

Aku melepaskan celanaku dan celana dalamku. Dan aku rebahan di tempat tidur. Seakan tahu maksudku, mbak Afif segera memegang penisku, lalu ia memasukkannya ke mulutnya. Ia hisap dan ia kocok dengan mulutnya, sementara ia membuka pakaian sekolahnya. Kini dihadapanku ada seorang gadis yang hanya memakai pakaian dalam sambil mengulum penisku. Ohh....nikmat sekali.

Aku menikmati setiap hisapannya, Dan terkadang ia menjepit penisku di tengah dadanya. Ia suka melakukan itu. Siang itupun yang terjadi adalah, mbak Afif mengoralku dan memberikan kepuasan terhadapku. Peniskupun mulai keras. Sudah lumayan lama sih ngulumnya, aku mau sampai, aku cengkram pundak mbak Afif. Ia faham dan mulai mempercepat kocokan mulutnya, dan AAAHHHH.....crot..crot...crot...kusemprotkan di dalam mulutnya. Ia menghentikan kocokannya, sambil perlahan melepaskan penisku dari mulutnya. Ia mengurut penisku, sedikit sperma tampak keluar dari ujung penisku. Ia memuntahkan spermaku ke penisku. Oh....bercampur air liurnya membuatku puas, penisku serasa disiram air hangat.

"Dek Rendy puas?", tanya mbak Afif. "Datang-datang koq langsung kepengen".

"Iya nih mbak", jawabku.

Ia mengambil tisu dan membersihkan spermaku. Kakakku sudah sangat ahli dalam memuaskanku. Dan aku ingin tahu bagaimana caranya biar ibuku takluk padaku. Dan mungkin aku punya rencana.


Keesokan harinya, ibuku tidak pergi ke kantor. Ia mengeluh sakit. Sedangkan mbak Afif berangkat sekolah. Aku juga tidak masuk sekolah dengan alasan sakit. Pokoknya hari ini aku ingin ibuku takluk kepadaku.

Langkah pertama adalah aku ke kamar ibu.

"Lho, ma, nggak berangkat?", tanyaku pura-pura tidak tahu.

"Mama lagi flu nih, nggak enak body", jawabnya.

Mamaku itu walaupun usianya sudah hampir 40, tapi boleh dibilang ia sangat menjaga tubuhnya. Ia masih seksi, bokongnya masih naik dan dadanya masih montok. Aku sama sekali tak melihat keriput di wajahnya, sepertinya ia rajin merawat tubuhnya. Kebetulan hari itu ayah tiriku sedang ada tugas lama ke luar kota, jadinya aku dan ibuku sendirian di rumah.

"Waduh...gimana tuh ma?", tanyaku.

"Ya akhirnya mama nggak masuk", jawabnya singkat.

"Udah mandi ma? Mau Rendy mandiin?", tanyaku.

"Belum, dan terima kasih, mama bisa mandi sendiri", jawabnya.

"Tapi mamakan sakit, biar Rendy yang mandiin", kataku merayu.

"Nggak ah, anak mamikan sudah besar, masak mau mandi bareng mami?"

"Kan anak sendiri ma, emangnya nggak boleh?", tanyaku. "Takut kenapa-napa ya? Mama ngeres!..."

Ibuku tertawa. "Yee, kan Rendy udah punya pacar, ntar pacarnya cemburu lagi."

"Pacar? nggak punya tuh ma", kataku. "Kalau boleh sih, biar Rendy yang mandiin mama, kalau nggak juga nggak papa"

Mamaku diam sejenak. Mungkin ia harus berpikir logis. Dan akhirnya jawabnya, "Baiklah, mama akan ijinkan, lagipula anak mama ini sedikit genit."

Dan pucuk dicinta ulam pun tiba. Pertama-tama mama mencopot bajunya, ia memang sedikit lelah, bisa dilihat di matanya. Mamaku benar-benar telanjang di hadapanku, walaupun ia membelakangi aku, aku bisa melihat mulusnya tubuhnya. Mama lalu mengambil handuk piyamanya dan ia pakai.

"Yuk", ajak mama. Akupun ikut, aku lepas semua pakaianku dan aku hanya pakai handuk untuk menutupi pinggangku.

Kamipun ada di kamar mandi sekarang. Di dalam bathup, mama membelakangiku dan melepas piyamanya, akupun melepas handukku. Air shower mengucur dari atas. Tubuhku dan tubuh mama tersiram air yang hangat.

"Sini ma, Rendy gosok", kataku.

Mama menurut saja. Akupun mengambil sabun dan menggosok punggung mama. Dan perlahan akupun mendekat hingga sekarang kakiku melingkar di pinggangnya, dan penisku menempel di pantatnya. Otomatis penisku menegang. Posisi itu sangat pas untuk dibuat bercinta. Tapi aku tak mau memulainya, aku ingin mama benar-benar takluk padaku. Mama mungkin merasakan penisku yang tegang.

"Wah, anak mami sudah panas ternyata", kata mama.

"Iyalah ma, normal, wong lihat wanita secantik ini koq", kataku. Mama tertawa. Akupun mulai mengusap-usap punggung mama. Sambil aku memijatnya.

Mulanya pundak, lalu punggung. Tampak mama sangat menikmatinya. Dan akupun agak sedikit berani menyentuh payudaranya. Mama nggak marah.

"Ma, bagian belakang sudah nih, bagian depan dong", kataku.

Mamaku berbalik. Dan, bisa dibilang pertama kali pandangannya tertuju pada batang penisku yang berdiri tegak.

"Barang anak mami ini ternyata besar juga", kata mamaku sambil mencubitnya.

"Aw, ma...", kataku sedikit manja.

"Sama mama sendiri koq bisa terangsang sih?", tanya mama.

"Lha mau gimana ma, mama masih seksi, masih sintal dan benar-benar mulus", kataku.

"Bisa saja kamu", kata mama.

Aku pun mengusap tubuh mama bagian depan. Aku mengusap dadanya. Awal menyentuh sih, aku agak ragu, tapi aku perlahan menyentuh dada bagian atas, lalu mulai ke bawah, awalnya sih hanya menggosok, tapi kemudian aku sedikit memberikan pijatan. Tampak mama hanya memejamkan mata, serasa menikmatinya. Aku lalu menggosok ketiak mama, tangannya, pahanya, kakinya. Perlu diketahui, posisi penisku dan vagina mama saat itu sangat dekat, aku seakan-akan sudah siap untuk menusukkan penisku kalau aku mau.

"Sudah ma, gantian dong", kataku.

Mama seperti tersambar petir. Ia membuka matanya dan agak gugup. Ia mengambil sabun dan menggosok dadaku, perutku dan ia agak canggung untuk menggosok penisku.

"Kenapa ma?", tanyaku ketika mama berhenti mau menggosoknya. "kasih sabun dong ma"

Mama pun akhirnya menggosok penisku, oh...rasanya luar biasa. Jemari mamaku yang lentik dan bersabun itupun menggosok penisku. Aku pun hanya bisa memejamkan mata dan berkata, "Ahh....enak ma...".

"Waah, anak mami koq begitu sih?", kata mama.

"Ayo dong ma, terusin jangan berhenti pliiisss, sudah terlanjur basah nih", kataku.

"Tapi cuma ini aja ya!", kata mama. "Janji!?"

"Janji deh", kataku.

Mama pun akhirnya mengurut penisku. Ia sangat profesional sekali, jelaslah, kalau tidak mana mungkin papa tiriku mau dengannya. Punyaku terus dikocok dengan kedua tangannya. Aku tahu mama juga terangsang. Terlihat nafasnya juga seakan memburu. Ia menikmati pemandangan diriku yang terangsang akibat kocokan tangannya.

"Oh maa...mama sangat seksi....ahh...", kataku merancau. Mama diam saja. "Maa..oh...".

Aku memberanikan diri untuk menyentuh dadanya. Mama membiarkannya. Aku dikocoknya dengan sedikit lebih cepat dari sebelumnya. Dan, kalau ini terus-terusan aku bisa jebol nih. Aku melihat mama melihat penisku, ia seakan menikmatinya, kulihat vaginanya yang bersih tanpa rambut itu benar-benar mulai dekat dengan buah pelirku, aku mencoba bergeser sedikit dan akhirnya vagina mama dan buah pelirku bersentuhan. Sensasi ini sungguh nikmat. Mama tampak menikmatinya juga. Ia mencoba menyembunyikannya dengan cara mempercepat kocokan penisku. Rasanya aku mau meledak. Dan...."Ahhh....maaa....oh...."

Spermaku muncrat ke mana-mana. Tampak sebagian ke wajah mama. Nafasku tersengal-sengal dan mama tampak merasa aneh. Aku melihat ke wajahnya, bisa kulihat sedikit sperma menempel di dahinya. Mamaku membersihkannya.

"Udah ya Ren, anak mami baru saja onani pake tangan mami, ternyata cukup besar juga punyamu", kata mama.

"Mami mau merasakan?", tanyaku sedikit berani.

"Hush, kamu itu anakku, cukup ini aja!!", kata mama.

"Kalau gitu sekarang gantian ma", kataku.

"Maksudmu?"

Tanpa babibu, aku langsung menyentuh kewanitaannya. Mamiku agak kaget dan langsung berpegangan pada bathup. Aku menggesek-gesek klitorisnya. Hal yang sama aku lakukan kepadanya seperti dia melakukan padaku. Aku terus menggesek-geseknya sambil kumasukkan jari telunjukku ke dalamnya. Mama tak protes, ia malah menikmatinya, bahkan sekarang Mama benar-benar basah sekali.

"Oh,...Ren...ackkhh.....penismu besar Ren,...akhhh", mama mulai merancu. Dan tiba-tiba ia memelukku dan mencengkramku kuat. Aku percepat gesekan tangaku di vaginanya. Iapun menjerit. Nafasnya tersengal-sengal.

Mama nggak ngerasa kalau dadanya menempel di dadaku. Aku keluarkan tanganku dan kulingkarkan di pinggang mama. Penisku menempel di perutnya. Ia seakan bertumpu ke pundakku. Mungkin mama lagi sakit makanya ia capek luar biasa. Lama sekali mama memelukku. Lalu ia kembali ke posisinya semula. Ia menyalakan shower membasahi tubuhnya. Setelah ia membersihkan tubuhnya, ia beranjak dari bathup dan pergi meninggalkanku sendirian.

Kejadian itu pasti diingat mama terus. Malamnya, mama nonton tv di ruang tamu. Mbak Afif ada urusan ke rumah kakaknya. Sepertinya penting dan harus nginap. Jadi lagi-lagi di rumah ini hanya ada aku dan mamaku.

Aku onani di kamarku, sambil membayangkan mama. Aku sengaja melakukannya agar mama melihatku. Biasanya mama tidur jam 21.00. Saat itu sudah jam 21.00, mama mematikan tv-nya dan berjalan ke kamarnya. Saat itu aku sengaja membuka sedikit pintu kamarku agar bsia dilihatnya.

"Oh mama, aahh..ahhh,...ayo ma, digoyang ma...iya...ahhh", kataku sambil mengocok penisku.

Mamaku melihat itu. Ia mengintipnya dari pintu. Aku terus beronani hingga spermaku mau keluar. "Maaa....Rendy mau sampe nih ma..keluarin di mulut mama aja ya...ahhh..ahhh...ma...nih ma...".CRoott...spermaku keluar dan membasahi tanganku. Mamaku melihat itu semua dari pintu, lalu sebelum aku membersihkan spermaku, mama sudah pergi.

Esoknya, mama tampak agak aneh. Kami diam saja di meja makan. Lalu ia bertanya, "Ren?"

"Iya ma?", tanyaku.

"Kenapa Rendy berfantasi tentang mami? Bukannya masih ada cewek lain?", kata mamaku.

"Habis peristiwa kemarin benar-benar membuat Rendy terangsang ma", jawabku.

"Jangan Rendy, aku ini mamamu", kata mama. "Nggak sepantasnya anak sendiri ingin ibunya"

"Tapi mama kemarin menimatinyakan?", tanyaku.

"Jaga mulutmu!", jawabnya.

"Udah deh ma, nggak usah munafik", kataku.

PLAK!! mama menamparku. Aku sedikit frustasi. Lalu aku meninggalkan meja makan dan menuju ke tv. Aku nyalakan video player, setelah agak beberapa lama kemudian muncullah tayangan yang tida diduga oleh mama. Aku sebenarnya memasang kamera di kamar mandi mama, saat mama mengonani aku dan aku menggesek-geseknya. Mama terkejut.

"Apa itu Rendy? Apa?", tanya mama.

"Ini video copy ma, kalau mama nggak mau ini ada di tangan papa sekarang. Maka mama harus turuti kemauan Rendy", kataku tegas.

"Apa maksudmu?"

"Rendy telah mengcopy banyak sekali video ini dan Rendy kirim ke teman-teman Rendy. Jadi kalau terjadi sesuatu dengan Rendy, maka video ini nggak cuma ke papa aja, tapi juga ke teman, dan orang lain, atau mungkin tersebar di internet", kataku.

"Kurang ajar kamu ya", kata mamaku marah. Ia mematikan videonya.

"Eitt...ingat ma, aku masih punya copy-an dan aku tidak menggertak", kataku.

"Apa maumu Ren? Aku ini mamamu!", katanya

"Aku tahu, dan aku ingin mami jadi budakku untuk selamanya", kataku.

Mama tiba-tiba berlutut di hadapanku. "Pliss Ren kumohon, jangan lakukan itu..."

Mama tampak menangis. Ia benar-benar tak ingin video itu tersebar ataupun menuruti kemauanku. "Simpel aja koq mam, mama turuti aku aja."

Mama agak berpikir panjang, aku biarkan ia berlutut sambil menundukkan kepala. Tapi aku tak mau menunggu. Aku melepaskan pakaianku satu per satu hingga sekarang aku tak pakai pakaian apapun. Mama melihatku.

"Mau apa kamu?"

"Mama, adalah budakku sekarang, terima kenyataan ini deh ma", kataku.

Mama benar-benar tak bisa apa-apa. Ia hanya pasrah. Akupun makin menguasai keadaan. Mama aku bopong ke sofa. Di sana aku lucuti seluruh pakaiannya. Mama benar-benar pasrah, air matanya mengalir. Aku ciumi bibirnya, kulumat lidahnya, kuhisap, lalu kuremas dadanya. Aku menyusu kepadanya sebagaimana aku menyusu ketika masih bayi.

Mama hanya memejamkan mata. "Nikmati aja ma, Rendy akan berikan kepuasan yang tidak diberikan oleh papa."

Aku menciumi seluruh tubuhnya, ketiaknya, bahunya, dadanya, putingnya yang berwarna coklat, pusarnya, pahanya, dan ketika aku hisap jempol kakinya, ia menggelinjang. Sepertinya mama benar-benar pasrah. Kuketahui setiap ciumanku di tubuhnya ia mendesah.

Akupun ke vaginanya, dan tanpa basa-basi aku jilati tempat itu, tempat di mana aku lahir dulu. Aku jilati, aku basahi dengan ludahku, aku lumat, aku jilati klitorisnya, mama nggak tahan. Cairan kewanitaannya sangat banyak yang keluar. Mungkin ia mau orgasme.

"Ren...ahh...Ren...jangan Ren...pliiisss, jangan perkosa mami",kata mami memohon. Tapi aku tak tinggal diam. Mami meremas rambutku, lalu aku naik ke perutnya payu daranya kuhisap lagi.

Aktivitasku aku hentikan. Aku sudah siap untuk menancapkan rudalku sekarang. Mama melihat moncong rudalku. Ia pasrah dan tahu bahwa benda itu akan masuk ke vaginanya. Dan benar, aku memasukkannya perlahan. Pertama-tama hanya seperempat yang masuk, ujungnya saja. Mamaku sudah bergelinjang. Lalu aku tekan sedikit hingga setengah yang masuk. Itupun sudah aku goyang maju mundur. Vaginanya sangat basah, cairan kewanitaannya sangat banyak, ia mungkin sudah orgasme dulu. Aku terus menekannya hingga penuh benar punyaku masuk. Mama tak bisa berkata apa-apa lagi sekarang, malah dia mengimbangiku dengan menekan pantatnya ke atas.

Akupun segera menggoyangnya maju mundur. Kutindih mamaku, dada kami bersatu dan kucium bibirnya. Pantatku bergoyang seperti bor. Mencoba menuju puncak, untuk mengeluarkan spermaku. Aku tidak merasa puas dengan posisi seperti ini. Aku kemudian menghentikan gerakanku, kubalikkan tubuh mamaku yang lemas. Aku sodok dia dari belakang. Pantatnya sangat seksi. benar sekali, sensai doggy style ini luar biasa. Mama hanya berkata, "aah...ahh..ahh..oh...oh..ah..ahh.."

"Enak ma?", tanyaku.

"Rendy....ah...terus Ren...perkosa mama Ren...perkosa mama", katanya merancau. Aku pun tak tinggal diam. Kupompa lebih cepat lagi. Oh...pantatnya benar-benar merangsangku, aku tak tahan lagi.

"Ma, Rendy mau keluar nih", kataku.

"Keluarin Ren, mama juga keluar", katanya.

CROOOOTT.....CROOOT...CROOT...., banyak sekali spermaku yang keluar ke dalam rahimnya. Aku memeluk mama dari belakang. Dan kami pun lemas. Aku peluk mama sambil meremas dadanya. Penisku masih di vaginanya. Posisi kami di atas sofa dengan kedua tanganku meremas dadanya, tubuh kami bersandar sofa. Nafas kami terengah-engah. Kamipun akhirnya tertidur.

Satu jam kemudian aku terbangun. Mama sudah tidak kupeluk lagi. Ia duduk bersandar sofa. Matanya tampak sembab. Ia merasa bersalah.

"Kenapa ma?", tanyaku.

"Rendy tega sekali ama mami", jawabnya..

"Tapi mama sukakan?", tanyaku.

"Tapi, mama sudah mengkhianati papi", katanya. "Seharusnya tidak seperti ini".

Aku lalu memeluknya dari belakang. "Tidak masalah ma, ini akan kita jaga, rahasia ini akan kita jaga, selama mama menjaga rahasia juga".

Mama diam.

Aku lalu beranjak dari sofa. Aku berdiri di hadapannya.

"Kenapa Ren?", tanyanya.

"Sepon penis Rendy dong, Rendy belum puas", kataku.

Mama kali ini langsung nurut. Ia memegang ujung penisku. Dengan perlahan ia urut penisku, penisku yang masih tidur, langsung tegang. Lalu perlahan-lahan ia julurkan lidahnya, ia putar-putar lidahnya ke ujung penisku, lalu ia masukkan ke mulutnya. Yeah, nikmat sekali.

Lalu ia basahi seluruh penisku dengan lidahnya, dijilati, dicium, dikocok diremas. Entah berapa lama aku berdiri dengan diberi kenikmatan itu, yang jelas, aku benar-benar puas saat spermaku muncrat di dalam mulut mamaku. Mama menghisapnya habis, menelannya bulat-bulat.

Setelah kejadian itu, aku jadi makin berani dengan mamaku. Setiap malam aku selalu minta jatah. Setiap hari, bahkan mama mulai mengeluh kalau misalnya hamil bagaimana, aku tak peduli, mama sekarang menjadi budakku.

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More